Pengunjung Blog

Musik

JKT48 Fortune Cookie Yang Mencinta – brought to you by mBoX Drive

Free Mp3 Uploads at mBoX Drive

Jumat, 25 Oktober 2013

Analisis Struktural Novel Rain Over Me Karya Arini Putri

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

        a.  Ringkasan cerita

Novel ini bercerita tentang seorang anak yang bernama Kim Hyu-Bin asli Korea Selatan yang kekurangan perhatian setelah ibunya meninggal, ayahnya sangat sibuk karena memiliki banyak restoran.
Sejak SD ia suka berkelahi, karena memiliki wajah yang tampan. Maka, banyak teman yang    iri padanya.
Ketika ayahnya pulang, Hyu-Bin sanga senang, Ia ingin berbicara banyak pada ayahnya untuk melepas kerinduhannya itu. Namun diurungkan keinginannya itu, setelah Ia melihat seorang wanita asli Indonesia dan anak kecil bersama ayahnya. Ia tak menerima bahwa wanita itu akan menjadi Ibu tirinya.
Tapi setelah mendengar nasehat anak kecil itu yang bernama Yuna, bahwa Ibu Farah merupakan ibu yang baik yang akan menjaga Hyu-Bin seperti anaknya sendiri. Akhirnya Ia dapat menerimanya.
Akhirnya mereka pun bersaudara tiri, Hyu-Bin sangat bahagia memiliki adik semanis dan sebaik Yuna, begitu pun Yuna Ia sangat menyayangi kakaknya itu. Tiba saatnya Yuna dan Ibunya akan kembali ke Solo Kota asalnya, karena nenek Yuna yang sedang sakit.Hyu-Bin sangat sedih, sifatnya dulu yang suka berkelahi kembali lagi. Walaupun Ia sudah menjadi mahasiswa.
Setelah tamat SMA, Yuna berniat kembali ke Korea untuk melanjutkan sekolahnya dan menjaga Hyu-bin yang kesepian.
Rasa sayang Hyu-bin kepada adiknya begitu besar, begitupun Yuna. Hingga ia merasa bahwa mereka saling mencintai. Yuna tak bias menerima itu, dan ia mencoba mendekatkan kakaknya pada gadis  bernama Han chae-rin, Ia pelayan di Little Kim’s Restorant yang akan menjadi teman kerja Hyu-bin.
Setelah berapa lamanya, dekat dengan Chae-rin, Hyu-bin pun akhirnya memiliki perasaan cinta, yang beda dengan rasa sayang pada adiknya. Chae-rin pun begitu, ia sangat menyayangi dan mencintai Hyu-bin meskipun Ia orang kaya.
Yuna sempat cemburu, tapi setelah dekat dengan Yoon jeon-seok, pria yang sempat mencintai Chae-rin. Yuna juga memiliki perasaan.
Setelah kakaknya menikah, ia kembali ke Solo Kota asalnya dan menjadi penulis novel terkenal sekaligus guru TK. Yoon jeon-seok mengejarnya di sana, dan mereka akhirna berbahagia, begitupun juga dengan Hyu-bin dan Chae-rin.     
                              
b.    Mengapa penting dibahas
        Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya sosial, moral, dan pendidikan. Sebuah karya prosa fiksi sudah tentu terdapat unsur-unsur yang membangun karya sastra. Analisis dan pemahaman unsur-unsur itu berperan penting dalam menentukan karya itu berkualitas atau tidak. Seorang penikmat karya sastra secara umum tentu beragam dalam hal memahami unsur-unsur yang ada di dalam karya sastra, serta dalam proses pencarian makna yang terkandung di dalam sebuah Novel. Ketika proses pencarian itu terkadang pembaca mengalami kejenenuhan dikarenakan sulit menangkap isi atau maksud cerita di dalam sebuah novel. Tidak jarang terjadi jurang pemisah antara pengarang dan pembaca. Terlebih sebagai mahasiswa Bahasa dan sastra Indonesia dituntut bukan hanya mampu menguraikan unsur-unsur yang ada di dalam sebuah karya prosa fiksi akan tetapi, juga mampu  menunjukkan hubungan antarunsur itu, dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai.
Dalam rangka pemahaman tentang pendekatan objektif struktural, mahasiswa dituntut untuk dapat mempraktekkannya. Sebuah karya sastra menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Tiap bagian akan menjadi berarti dan penting setelah ada hubngannya dengan bagian-bagian yang lain.
Novel Rain over me karya Arini Putri ini, walaupun novel pertama yng Ia tulis. Tapi, terkesan seperti penulis lama saja. Dengan isi ceritanya yang menarik dan tidak bosan dibaca terus menerus.

1.2    Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah analisis novel  ini adalah struktural novel Rain Over Me Karya Arini Putri.

1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah untuk mendiskripsikan struktural novel Rain Over Me Karya Arini Putri.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman mengenai struktural Rain Over Me Karya Arini Putri.
2.    Pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman mengenai struktural novel Rain Over Me Karya Arini Putri.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1  Tokoh
Tokoh adalah pelaku dalam karya sastra dalam hal ini novel. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama.
Tokoh cerita (character), menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1994: 165), adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif. Atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Walaupun tokoh cerita hanya merupakan tokoh ciptaan pengarang, ia haruslah merupakan seorang tokoh yang hidup secara wajar, sebagaimana kehidupan manusia yang terdiri dari darah dan daging, yang mempunyai pikiran dan perasaan. Kehidupan tokoh cerita adalah kehidupan dalam dunia fiksi maka ia haruslah bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan cerita atas perwatakan yang disandangnya. Jika terjadi seorang tokoh bersikap dan bertindak secara lain dari citranya yang telah digambarkan sebelumya, dan karenanya merupakan suatu kejutan, hal ini haruslah tidak terjadi begitu saja melainkan harus dapat dipertanggungjawabkan dari segi plot sehingga cerita tetap memiliki kadar plausibilitas.  Tokoh itu bertindak secara aneh untuk ukuran kehidupan yang wajar maka sikap dan tindakannya haruslah tetap konsisten.
Nurgiantoro menjelaskan lebih lanjut bahwa pembagian tokoh dalam cerita dapat dilihat dari fingsi dan cara penampilannya. Berdasarkan funfsinya, tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1)    Tokoh Sentral, adalah tokoh utama yang diceritakan dalam cerita. Tokoh sentral dibedakan menjadi:
a.    Tokoh utama atau protagonis yakni tokoh yang memegang peran pimpinan. Ia menjadi sorotan dalam cerita.
b.    Tokoh antagonis yakni tokoh yang menentang protagonis.
c.    Tokoh wirawan/wirawati dan antiwirawan.
2)    Tokoh bawahan, adalah tokoh tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama. Tokoh bawahan dibedakan menjadi:
a.    Tokoh andalan, yakni tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan protagonis yang dimanfaatkan untuk memberi gambaran yang terperinci mengenai tikoh utama.
b.    Tokoh tambahan, yakni tokoh yang tidak memegang peran penting dalam cerita, misalnya tokoh lataran.
Berdasarkan cara penampilan tokoh dalam cerita, tokoh dibedakan menjadi:
1)    Tokoh datar/sederhana atau pipih, yakni tokoh yang hanya diungkapkan salah satu segi wataknya saja. Watak tokoh datar sedikit sekali berubah. Termasuk di dalamnya adalah tokoh stereofit.
2)    Tokoh bulat/kompleks atau bundar, yakni tokoh yang wataknya kompleks, terlihat kekuatan dan kelemahannya. Ia mempunyai watak yang dapat dibedakan dengan tokoh-tokoh yang lain. Tokoh ini juga dapat mengejutkan pembaca, karena kadang-kadang dalam dirinya dapat terungkap watak yang tidak terduga sebelumnya.
Dari segi kejiwaan dikenal tokoh introvert dan ekstrover. Tokoh introvert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh ketidaksadaran. Tokoh ekstrovert ialah pribadi tokoh yang ditentukan oleh kesadarannya. Dalam karya sastra dikenal pula tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis ialah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya. Tokoh antagonis ialah tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya pula.
Sami (1988: 12) mengemukakan bahwa ciri-ciri tokoh utama yaitu; (1) tokoh yang paling banyak terlibat dalam masalah pokok (tema) cerita, (2) tokoh yang banyak berinteraksi dengan tokoh lain, dan (3) tokoh yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan. Sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang dan mendukung tokoh utama.
Beliau melanjutkan, tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa atau penyampaian pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Realitas kehidupan manusia memang perlu dipertimbangkan dalam kaitannya dengan kehidupan tokoh cerita. Namun, haruslah disadari bahwa, hubungan antara tokoh fiksi dengan realitas kehidupan manusia tidak hanya berupa hubungan kesamaan saja, melainkan juga ada hubungan perbedaan. Tokoh manusia nyata memang memiliki banyak kebebasan, namun tokoh fiksi tidak pernah berada dalam keadaan yang benar-benar bebas. Tokoh karya fiksi hanyalah bagian yang terikat pada keseluruhannya, keseluruhan bentuk artistik yang menjadi salah satu tujuan penulisan fiksi itu sendiri.
Berdasarkan pengertian tentang tokoh yang telah diuraikan di atas ditambah dengan pengertian dari beberapa tokoh, maka dapat disimpulkan bahwa, tokoh adalah orang yang perperan dalam sebuah cerita fiksi, dimana tokoh ini terbagi menjadi beberapa jenis, tergantung dari penulis yang akan menempatkan tokoh yang satu pada jenis tokoh yang mana dan tokoh yang lainnya lagi pada jenis tokoh yang mana, dan begitu selanjutnya.

2.2  Alur
Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita  yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.
Alur merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting diantara berbagaiunsur fiksi yang lain. Tinjauan struktural terhadap karya fiksi pun sering lebih ditekankan pada pembicaraan alur, walau mungkin mempergunakan istilah lain. Masalah lnearitas struktur penyajian peristiwa dalam karya fiksi banyak dijadikan objek kajian. Hal itu, misalnya, terlihat dalam kajian sintagmatik, dan kajian menurut pendekatan kaum formalis Reusia yang dipertentangkan (dan mencari kesejarahan) antara fabel dan sujet.
Forster (1970 (1927): 93) berpendapat bahwa alur adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan kausalitas. Selain itu, beliau juga berpendapat bahwa alur sebuah karya sastra memiliki sifat misterius dan intelektual. Alur menampilkan kejadian-kejadian yang mengandung konflik yang mampu menarik ataupun mencekam pembaca. Hal itu mendorong pembaca untuk mengetahui kejadian-kejadian berikutnya. Namun, tentu saja hal itu akan dikemukakan begitu saja secara sekaligus dan cepat oleh pengarang, melainkan, mungkin saja, disiasati dengan hanya ditututrkan sedikit demi sedikit.
Oleh karena sifanya yang bersifat misterius maka untuk memahaminya diperlukan kemampuan intelektual. Tanpa disertai adanya daya intelektual, menurut Forster, tak mungkin orang dapat memahami alur cerita dengan baik. Hubungan antarperistiwa, kasus, atau berbagai persoalan yang diungkapkan dala sebuah karya, belum tentu ditujukan secara eksplisit dan langsung oleh pengarang. Menghadapi struktur narasi yang demikian, pembaca diharapkan mampu menemukan sendiri hubungan-hubungan tersebut. Untuk karya-karya tertentu yang tak tergolong berstruktur alur yang ruwet dan kompleks, pemahaman terhadap aspek itu mungki tidak sulit. Namun, tidak demikian halnya dengan karya-karya yang lain yang berstruktur sebalinya.
Abrams (1981:137) mengemukakan bahwa alur sebuah karya fiksi erupaka struktur peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu. Penyajian peristiwa-perisriwa itu, atau secara lebih khusu aksi ‘actions’ tokoh baik yang  verbal maupun nonverbal, dalam sebuah karya bersifat linear, namun antara peristiwa-peristiwa yang dikemukakan sebelumnya dan sesudahnya belum tentu berhubungan langsung secara logis-bersebab-akibat. Pertimbangan dalam pengolahan struktur cerita, penataan peristiwa-peristiwa, selalu dalam kaitannya pencarian efek tertentu. Misalnya, ia dimaksidka untuk menjaga suspense cerita, untuk mencari efek kejutan, atau kompleksitas srtuktur.
Stanton ( dalam Nurgiantoro, 1994:133) mengemukakan bahwa alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang sati disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Penampilan peristiwa demi peristiwa yang hanya mendasarkan dari pada urutan waktu saja belum merupaka alur. Agar menjadi sebuah alur, peristiwa-peristiwa itu haruslah diolah dan disiasati dengan kreatif. Sehingga, hasil pengolahan dan penyiasatan itu sendiri merupakan sesuatu yang menarik dan indah, khususnya dalam kaitannya dengan karya fiksi secara keseluruhan.
Alur setiap cerita berbeda-beda, namun pada dasarnya alur mengandung aspek-aspek seperti situasi awal, pengmbangan cerita, klimaks, dan penyelesaian. Memahami alur merupaka hal yang sangta penting karena dala setiap tahapanalur sebenarnya terkandung semua aspek yang berbentuk fiksi. Tahapan alur dibentuk oleh satu-satunya peristiwa. Setiap peristiwa selalu memiliki latar tertentu dan selalu menampilkan sesuatu tertentu pula.
Menurut Sami (1988: 45) alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam sebuah cerita yang disusun sebagai interelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan-urutan bagian dalam keseluruhan fiksi. Dengan demikian alur meruapakan perpaduan unsur yang membangun cerita.
Menurut Suharianto (1982: 28) alur adalah cara pengarang menjalin kejadian-kejadian secara beruntun dengan memperhatikan hukum sebab akibat sehingga merupakan kesatuan yang padu, bulat, dan utuh.
Selanjutnya, Suharianto menyebutkan bahwa alur terdiri atas lima bagian, yaitu:
(1) Pemaparan atau pendahuluan, yakni bagian cerita tempat pengarang mulai melukiskan suatu keadaan yang merupakan awal cerita.
(2) Penggawatan, yakni bagian yang melukiskan tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita mulai bergerak. Mulai bagian ini secara bertahap terasakan adanya konflik dalam sebuah cerita. Konflik itu dapat terjadi antara tokoh dan tokoh, antara tokoh dan masyarakat sekitar, atau antara tokoh dan nuraninya sendiri.
(3) Penanjakan, yakni bagian cerita yang melukiskan konflik-konflik seperti yang disebutka di atas mulai memuncak.
(4) Puncak atau klimaks, yakni bagian yang melukiskan peristiwa sampai puncaknya.
(5) Peleraian, yakni bagian cerita tempat pengarang memeberikan pemecahan dari semua peristiwa yang telah terjadi dalam cerita atau bagian.
Dilihat dari penyusunan bagian-bagian alur tersebut, alur cerita dapat dibedakan menjadi alur lurus, alur sorot balik (falsh back), dan alur campuran. Disebut alur lurus apabila cerita disusun mulai dari awal diteruskan dengan kejadian-kejadian berikutnya dan berakhir dengan pemecahan masalah. Apabila cerita disusun sebaliknya, yakni dari bagian akhir dan bergerak ke muka menuju titik awal cerita disebut alur sorot balik. Sedangkan alur campuran yakni gabungan dari sebagian alur lurus dan sebagian alur sorot balik tetapi keduanya dijalin dalam kesatuan yang padu sehingga tidak menimbulkan kesan ada dua buah cerita atau peristiwa yang terpisah, baik waktu maupun tempat kejadian. (Suharianto 1982: 29).
Dalam sebuah alur cerita, ada yang namanya tahapan alur. Tahapan tersebut yakni:
    Tahap Awal. Tahap ini biasanya disebut sebagai tahap perkenalan. Tahap perkenalan pada umumnya berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Misalnya berupa alam, waktu kejadiannya (misalnya ada kaitannya dengan waktu sejarah), dan lain-lain, yang pada garis besarnya berupa deskripsi setting. Selain itu, tahap awal juga sering dipergunakan untuk poengenalan tokoh-tokoh cerita, mungkin berwujud deskripsi fisik, bahkan mungkin juga telah disinggung (walau secara implisit) perwataknya.
Fungsi pokok tahap awal (pembukaan) sebuah cerita adalah untuk memeberikan informasi dan penjelasan seperlunya khususnya yang berkaitan dengan pelatar dan penokohan
    Tahap Tengah. Tahap ini dapat pula disebut sebagai tahap pertikaian, menampilkan pertentangan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat, semakin menegang. Konflik yang dikisahkan itu dapat berupa koflik internal, konflik yang terjadi dalam diri seorang tokoh, konflik eksternal, konflik atau pertentang yang terjadi antartokoh cerita, antara tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Pada tahap inilah konflik berkembang semakin meruncing, menegangkan dan mencapai klimaks, dan pada umumnya tema pokok, makna pokok cerita diungkapkan.
    Tahap Akhir. Tahap ini disebut juga tahap peleraian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Jadi, bagian ini bisa berisi bagaimana penyelesaian yang bersifat tertutup menunjuk pada keadaan akhir sebuah karya fiksi yang memang sudah selesai, cerita sudah selesai sesuai dengan tuntutan logika cerita yang dikembangkan. Sesuai dengan logika cerita itu pula para tokoh cerita telah menerima “nasib” sebagaimana peran yang disandangnya.
Selain tiga tahapan di atas, terdapat pula tahapan alur dalam rincian lain. Yakni:
1.    Tahap Situation (tahap penyituasian), tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupaka tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, dan lain-lain yang terutama berfungsi untuk melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.
2.    Tahap Generating circumstances (tahap pemunculan konflik). Pada tahap ini, masalah dan peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi, tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya. tahap pertama dan kedua pada pembagian ini, tampaknya, berkesuaian dengan tahap awal pada penahapan seperti yang dikemukakan di atas.
3.    Tahap rising action (tahap peningkatan konflik). Pada tahap ini, konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya kemudian berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi yang menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan. Konflik-konflik itu terjadi, internal, eksternal, ataupun keduanya, pertentangan-pertentangan, benturan-benturan antarkepentingan, masal, dan tokoh yang mengarah ke klimaks semakin tak dapat dihindari.
4.    Tahap climax (tahap klimaks). Pada tahap ini, pertentangan yang telah terjadi pada tahap sebelumnya kini sampai pada puncak pertentangan itu sendiri. Kliomaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama. Sebuah fiksi yang panjang mungkin akan memiliki lebih dari satu klimaks, atau paling tidak dapat ditafsirkan demikian.
5.    Tahap denouement (tahap penyelesaian), tahap yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub-subkonflik, atau konflik-konflik tambahan jika ada, juga diberi jalan keluar, cerita diakhiri.
Dari berbagai uraian di atas, mulai dari pengertian alur menurut beberapa ahli, sampai dengan pembagian dari alur itu sendiri, maka dapat disimpulkan bahwa alur adalah jalinan peristiwa secara beruntutan dalam cerita dengan memperhatikan hubungan sebab akibat sehingga cerita itu merupakan kesatuan yang padu, bulat dan utuh. Pada sebuah alur ada beberapa tahapan rangkaian peristiwa yang terjalin melalui satu kisah. Tahap tersebut pada intinya merupakan awal cerita, pertengahan yang memunculkan klimaks dan kemudian bagian akhir cerita yang merupaka selesaian dari sebuah klimaks.
2.3  Latar
Berhadapan dengan sebuah karya fiksi, pada hakikatnya kita berhadapan dengan sebuah dunia, dunia dalam kemungkinan, sebuah dunia yang sudah dilengkapi dengan tokoh penghuni dan permasalahan. Namun, tentu saja, hal itu kurang lengkap sebab tokoh dengan berbagai pengalaman kedupannya itu memerlukan ruang lingkup, tempat dan waktu, sebagaimana halnya kehidupan manusia di dunia nyata. Dengan kata lain, fiksi sebagai sebuah dunia, di samping membutuhkan tokoh, cerita, dan alur, juga perlu latar.
Penggambaran suatu latar dalam cerita bersifat logis, pembaca akan merasakan keutuhan dan kenikmatan untuk dapat menentukan kualitas makna yang terkandung dalam cerita. Boleh jadi penempatan latar dapat membawa pembaca menuju kekaruan, apabila pengarang tidak mampu menyatukan dengan unsur-unsur lain. Kehadiran latar tidak dapat dipaksakan dalam pemilikannya, karena dapat menjadi penyebab untuk tidak tertariknya pembaca dalam membangkitkan daya minat baca sebuah karya sastra.
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkingan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams, 1981: 175).
Menurut Wiyanto (2005: 82) latar atau setting adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita. Selanjutnya, Nurgiantoro (1994: 217) menyebutkan bahwa latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas.
Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah aungguh-sunggu ada dan terjadi. Setting bukan hanya menunjukkan tempat dan waktu tertentu tetapi juga hal-hal yang hakiki dari suatu wilayah, sampai pada macam debunya, pemikiran rakyatnya, kegilaan mereka, gaya hidup mereka, kecurigaan mereka dan sebagainya (Sumardjo, 1986: 76).
Selain itu, Suharianto (1982: 33) mengemukakan bahwa latar disebut juga setting: yaitu tempat atau waktu terjadi cerita. Waktu terjadi cerita dapat semasa dengan kehidupan pembaca dan dapat pula sekian bulan, tahun, atau abad yang lalu. Tempat terjadinya peristiwa dapat di suatu desa, kantor, daerah, bahkan negara mana saja.
Wiyanto (2005: 82) menyebutkan bahwa latar atau setting mencakup tiga hal, yaitu setting tempat, setting waktu, dan setting suasana.

2.3.1    Setting Tempat
Setting tempat adalah tempat peristiwa itu terjadi. Sebuah peristiwa dapat terjadi di halaman rumah, ruang tamu, di kamar belajar, atau demana saja.

2.3.2    Setting Waktu
Setting waktu adalah kapan peristiwa itu terjadi. Sebuah peristiwa dapat saja terjadi pada masa sepuluh tahun yang lalu, zaman Majapahit, zaman revolusi fisik, atau zama sekarang.

2.3.3    Setting Suasana
Peristiwa itu terjadi dalam suasana apa? Suasana ada dua macam, yaitu suasana batin dan suasana lahir. Yang termasuk suasana batin, yaitu perasaan bahagia, sedih, tegang, cemas, marah, dan sebagainya yang dialami oleh pelaku. Sementara yang termasuk suasana lahir ialah sepi (tak ada gerak), sunyi (tak ada suara), senyap (tak ada suara dan gerak). Romantis, hirukpikuk, dan lain-lain.
Sumardjo (1996: 76) juga menyatakan bahwa latar atau setting dalam prosa fiksi dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: (1) latar alam (geography setting), yang di dalamnya menggambarkan tempat/lokasi peristiwa yang terjadi dalam alam ini, (2) latar waktu (temporal setting), di dalamnya menggambarkan kapa peristiwa itu terjadi, jam berapa, musin apa dan sebagainya, (3) latar sosial (social setting), di dalamnya menggambarkan lingkungan sosial mana peristiwa itu terjadi, dan (4) latar ruang (spatial setting), latar yang menggambarkan ruang peristiwa itu berlangsung, apakah di dalam kamar atau di ruang pesta, atau sebagainya.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa latar (setting) adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar atau setting terbagi atas beberapa macam, yaitu latar waktu, tempat, (alam atau ruangan), suasana, dan latar sosial.

2.4  Pendekatn Struktural
Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum formalis rusia dan strukturalisme paraha. Pendekatan ini mendapat mendapat pengaruh langsung dari teori Saussure yang mengubah studi linguistik dari pendekatan diakronik kesingkronik. Studi linguistic tidak lagi ditekankan pada sejarah perkembangannya, melainkan pada hubungan antar unsurnya. Masalah unsure dan huungan antarunsur merupakan hal yang penting dalam pendekatan ini. Sebuah karya sastra, menurut kaum structural adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensi oleh berbagai nsur pembangunnya (Nurgiantoro, 2007: 36).
Pendekatan struktural bertolak dari asumsi bahwa sebagai karya kreatif memiliki otonomi penuh yang harus diteliti sebagai sosok yang berdiri dengan berbagai aspek yang membangun karya tersebut., seperti tema, alur, tokoh, dan penokohan, gaya bahasa serta hubungan harmonis antara aspek yang mampu membuatnya sebagai karya sastra (Semi, 1985: 44).
Wahid (2004: 1) mengemukakan pendekatan srtuktural adalah pendekatan yang memebatasi diri pada penelahan karya sastar itu sendiri terlepas dari soal pengarang dan pembaca. Senada dengan pendapat Wahid, Pradokosomo (2001: 46) menyebut pendekatan ini sebagai aliran orgosentrik, maksudnya bahwa pendekatan ini membatasi diri pada karya sastra itu sendiri dan sedapat mngkin mengesampiafi dan ngkan data biografi dan historik.
Analisis struktural bertujuan memaparkan dengan cermat dan teliti keterjalinan semua unsur karya sastra yang bersama-sama menghasilkan unsur yang seutuhnya. Tanpa analisis struktural, maka kebulatan makna intrinsik, maka kebulatan makna intrinsikdari karya sasta tidak dapat diungkap.

BAB III
METODE PENELITIAN
   
3.1  Data Dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam makalah ini adalah data tertulis berupa novel yang berjudul “Rain Over Me” karangan Arini Putri..
Sumber data dari penelitian ini adalah novel Rain Over Me diterbitkan di Jakarta tahun 2012 oleh penerbit GagasMedia.

3.2  Teknik Analisis
Makalah ini hasil analisis dengan menggunaksan pendekatan struktural artinya karya sastra dalam hal ini adalah novel yang di dianalisis berdasarkan strukturnya, dan mengacu pada pembahasan hal-hal yang menyusun cerita itu sendiri yaitu tokoh, alur, dan latar. Dimana pada dasarnya ketiga hal pokok di ataslah yang membangun dan menciptakan suatu cerita, tanpa merekah sebuah cerita yang takkan terjadi.

  BAB IV
PEMBAHASAN

4.1  Tokoh
4.1.1  Idetenfikasi Tokoh

•    Kim Hyu-Bin merupakan anak satu-satunta keluarga Kim, Ibunya telah meninggal dunia. Namun semenjak SD, ayahnya menikahi orang yang berkebangsaan Indonesia, tepatnya Kota Solo. Ia pun akhirnya memiliki ibu dan adik tiri.
•    Yuna berkebangsaan Indonesia, namun setelah ibunya menikah dengan ayah Hyu-Bin yang berkebangsaan Korea, Ia pun dapat tinggal di sana dan memiliki kakak dan ayah tiri yang baik dan perhatian padanya.
•    Han Chae-Rin berkebangsaan Korea, Ia sangat membenci ibunya yang telah meninggalnya, ayah, dan adiknya demi menikahi orang kaya. Ia bekerja sebagai pelayan di Little Kim’s Restorant dan akhirnya dekat dengan Kim Hyu-Bin.
•    Ibu Farah berkebangsaan Indonesia, Ia ibu kandung Yuna dan akhirnya menikah dengan ayah Kim Hyu-Bin yang berkebangsaan Korea dan menjadi ibu tiri Kim Hyu-Bin.
•    Ayah Hyu-Bin berkebangsaan Korea, pemilik Restoran Kim yang terkenal di Korea. Ia menikahi Ibu Farah yang berkebangsaan Indonesia dan akhirnya menjadi ayah tiri Yuna.
•    Pelayan Shin merupakan pelayan keluarga Kim, yang selalu menjaga Kim Hyu-Bin dan Yuna, walaupun mereka sudah dewasa.
•    Dong Gang Soo dan Kang Seon-Joun merupakan pelayan di Little Kim’s Restorant
•    Han Soo-Min merupakan adik kandung Han Chae-Rin,yang ditinggalkan oleh ibunya sendiri demi menikahi orang kaya.
•    Yoon Jeon-Seok merupakan senior Yuna dan Kim Hyu-Bin ketika SD, Ia sangat mencintai Han Chae-Rin, walaupun Han Chae-Rin sangat membencinya karena Ia merupakan orang kaya.
•    Ibu Chae-Rin merupakan Ibu kandung Chae-Rin dan Han Soo-Min, ia meninggalkan suami dan anak-anaknya, demi menikah dengan orang kaya.
•    Ayah Chae-Rin merupakan ayah yang bijaksana dan perhatian, ia selalu menasehati Chae-Rin untuk tidak membenci semua orang kaya, hanya karena ibunya.
•    Tuan Lim merupakan di Little Kim’s Restorant sekligus bos Chae-Rin, Hyu-Bin, Dong Gang-Soo dan Kang Seon-Joun yang baik dan tegas.

4.1.2     Karakter Tokoh
1.     Hyu-Bi         :  Sombong, suka berkelahi, baik, jail, pertahian, dan penyayang.
2.    Yuna                :  Baik, manis, manja, lucu, perhatian, suka mengalah, tegar,    dan penyayang.
3.    Han Chae-Rin   : baik, ramah, rajin, pendendam, penyayang, perhatian, mandiri.
4.    Pelayan Shin                :  baik, berwibawa, dan taat.
5.    Ayah Hyu-Bin          :  baik, tegas, perhatian.
6.    Tuan Lim                  :  tegas dan baik.
7.    Dong Gang-Soo        : baik, lucu, dan perhatian.
8.    Kang Seon-Joung      : baik. Lucu, dan perhatian.
9.    Hang Soo-Min           : lucu.
10.    Yoon Jeoung- Seouk : baik, perhatian, ramah, pantang menyerah, dan tegas.
11.    Ibu Chae-Rin             : jahat dan tega.
12.    Ayah Chae-Rin          : baik, perhatian, dan tegas.
4.1.3    Hubungan Antar Tokoh
•    Hyu-Bin dengan Yuna bersaudara tiri.
•    Hyu-Bin dengan Han Chae-Rin sesame pelayan dan akhirnya menjadi suami istri.
•    Han Chae-Rin dan Yuna saudara ipar.
•    Ayah Hyu-Bin adalah ayah tiri Yuna.
•    Ibu Farah adalah ibu tiri Hyu-Bin.
•    Pelayan Shin adalah pelayan keluarga Kim.
•    Tuan Lim adalah manager di Restoran Little Kim’s sakaligus bos Hyu-Bin dan Chae-Rin.
•    Dong Gang-Soo dan Kang Seon-Joung teman kerja Hyu-Bin dan Chae-Rin.
•    Han Soo-Min adik Chae-Rin.
•    Yoon Jeoung-Seouk senior sekaligus calon suami Yuna.

4.1.4    Tokoh Utama
Tokoh utama adalah tokoh yang paling banyak melakukan hubungan dengan tokoh lain. Meskipun semua tokoh dalam cerita saling berhubungan satu sama lain namun yang paling banyak menggerakan alur cerita adalah Kim Hyu-Bin.
    Tokoh utama dalam novel ini adalah Kim Hyu-Bin.

4.1.5 Tokoh Bawahan
    Tokoh bawahan adalah adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral.
    Tokoh bawahan dalam novel :
    Pelayan Shin
    Ayah Hyu-Bin
    Ibu Farah
    Tuan Lim
    Kang Seoun-Joung
    Ayah Chae-Rin

4.1.6  Tokoh Bulat
    Tokoh bulat adalah tokoh yang seluruh segi wataknya diungkapkan. Tokoh ini sangat dinamis, banyak mengalami perubahan watak.
    Tokoh bulat dalam novel :
    Kim Hyu-Bin
    Han Chae-Rin
    Yuna

4.1.7 Tokoh Datar
Tokoh Datar adalah tokoh yang diungkapkan atau disoroti dari satu segi watak saja. Tokoh ini bersifat statis, wataknya sedikit sekali berubah, atau bahkan tidak berubah sama sekali (misalnya tokoh kartun, kancil, film animasi).
Tokoh datar dalam novel ini :
    Dong Gang-Soo
    Kang Seon-Joung.

4.1.8  Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
    Tokoh protagonis dalam novel ini:
    Yuna
    Han Chae-Rin
    Kim Hyu-Bin.

4.1.9  Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
    Tokoh antagonis dalam novel ini :
    Ibu Han Chae-Rin

4.2  Alur
4.2.1 Alur Sekuen
    Bandara Internasional Incheon.
    Hyu-Bin menunggu tamu Ayah di Bandara.
    Hyu-Bin berkelahi di sekolahnya.
    Pelayan Shin mengantar Hyu-Bin ke dokter langganannya.
    Hyu-Bin mengingat Ibunya yang meninggal.
    Hyu-Bin bertemu Ibu Farah calon ibu tirinya.
    Hyu-Bin berkenalan dengan Yuna calon adik tirinya.
    Hyu-Bin takut punya ibu tiri.
    Hyu-Bin bercerita dengan Yuna.
    Yuna senang akan punya kakak.
    Yuna ingin keliling Korea.
    Hyu-Bin mengonceng Yuna naik sepeda.
    Hyu-Bin bahagia mamiliki ibu dan adik tiri.
    Hyu Bin menatap langit sore bersama Yuna.
    Hyu-Bin melukis keindahan langit sore.
    Ibu Farah membacakan dongeng untuk Hyu-Bin dan Yuna.
    Hyu-Bin dan Yuna berangkat ke sekolah.
    Min Dong Wook mengajak Hyu-Bin berkelahi.
    Hyu-Bin nyaman berjalan dengan Yuna.
    Yuna dan Hyu-Bin bercerita.
    Hyu-Bin berjanji takkan berkelahi.
    Yuna menyanyikan lagu favoritnya.
    Hyu-Bin melukis Yuna.
    Ayah bercerita dengan Ibu Farah.
    Hyu-Bin mendengar pembicaraan Ayah dan Ibu Farah.
    Hyu-Bin melihat Yuna tidur.
    Yuna melihat Hyu-Bin menangis.
    Yuna kembali tidur.
    Hyu-Bin mengajar Yuna naik sepeda.
    Yuna terjatuh.
    Yuna menangis.
    Hyu-Bin membentak Yuna.
    Yuna terjatuh lagi dari sepedanya.
    Yuna menangis kesakitan.
    Lutut Yuna berdarah.
    Yuna diberi kado.
    Yuna dan Ibu Farah kembali ke Solo.
    Hyu-Bin memburu mobil Yuna.
    Hyu-Bin terjatuh di aspal.
    Hyu-Bin dikeroyok.
    Pelayan Shin marah.
    Ayah memarahi Hyu-Bin.
    Hyu-Bin merasa kosong.
    Hyu-Bin dijemput Pelayan Shin.
    Hyu-Bin ke restoran.
    Pelayan Shin bicara dengan Tuan Lim.
    Hyu-Bin bicara dengan seorang gadis.
    Hyu-Bin bertengkar dengan seorang gadis.
    Hyu-Bin menjadi pelayan.
    Hyu-Bin marah pada ayah.
    Hyu-Bin berkenalan dengan sesama pelayan.
    Dong Gang-Soo bertanya pada Hyu-Bin.
    Han Chae-Rin memarahi mereka.
    Hyu-Bin mengingat Yuna.
    Chae-Rin membenci orang kaya.
    Hyu-Bin bekerja.
    Chae-Rin memarahi Hyu-Bin.
    Hyu-Bin membela diri.
    Han Chae-Rin meremehkan Hyu-Bin.
    Han Chae-Rin menatap Hyu-Bin.
    Hyu-Bin kecapean.
    Hyu-Bin melihat lukisan.
    Hyu-Bin membersihkan meja.
    Han Chae-Rin digoda pelanggan.
    Hyu-Bin menghajar pelanggan.
    Han Chae-Rin marah.
    Hyu-Bin kesal.
    Han Chae-Rin meminta maaf.
    Ayah bicara dengan Chae-Rin.
    Ayah menasehati Chae-Rin.
    Chae-Rin membenci ibunya.
    Chae-Rin mengingat perkataan Hyu-Bin.
    Chae-Rin kesal.
    Chae-Rin meminta maaf.
    Kim Hyu-Bin tertawa kecil.
    Chae-Rin membelikan kado adiknya.
    Jeoun Seouk ke rumah Chae-Rin.
    Tuan Lim memanggil Hyu-Bin ke ruangannya.
    Chae-Rin ke ruang kerja Tuan Lim.
    Tuan Lim memarahi Hyu-Bin.
    Chae-Rin menjelaskan permasalahannya.
    Chae-Rin melihat lukisan Hyu Bin.
    Chae-Rin kesal dengan sikap dingin Hyu-Bin.
    Chae-Rin terjatuh menindis Hyu-Bin.
    Chae-Rin merasakan hal aneh dengan perasaannya.
    Yuna mengingat Hyu-Bin.
    Yuna berada di Bandara Incheon.
    Hyu-Bin ditelepon ayah.
    Hyu-Bin menjemput tamu ayah.
    Yuna menunggu Hyu-Bin.
    Hyu-Bin senang bertemu Yuna kembali.
    Yuna memberikan kenang-kenangan dari Solo.
    Hyu-Bin tersenyum senang.
    Hyu-bin membeli sebukrt bunga lili putih.
    Chae-rin marah.
    Yuna berkenalan dengan pelayan.
    Hyu-Bin kecapean.
    Yuna marah.
    Hyu-Bin kesal dengan Chae-Rin.
    Yuna bertemu Che-Rin.
    Chae-Rin kaget.
    Yuna dan Hyu-Bin bersaudara tiri.
    Chae-Rin gugup.
    Yuna bertemu seniornya dulu.
    Yuna dan Yoon Jeon-Seok bercakap.
    Chae-Rin salah tingkah.
    Tangan Chae-Rin terluka.
    Hyu-Bin mengobatinya.
    Chae-Rin aneh.
    Yuna menasehati Hyu-Bin.
    Yuna ingin jadi penulis novel.
    Chae-Rin memperhatikan lukanya.
    Chae-Rin mencintai Hyu-Bin.
    Han Soo-Min ke kamar Chae-Rin.
    Chae-Rin menjatuhkan sup.
    Kang Seon Joon membantunya.
    Chae-Rin melihat isinya.
    Chae-rin menangis.
    Yuna menatap langit.
    Yuna menatap langit.
    Yuna berdiri di pinggir jalan.
    Yoon jeon-seok bercerita dengan Yuna.
    Yuna tersenyum melihat langit sore.
    Hyu-bin oppa duduk di sofa.
    Hyu-bin marah.
    Yuna keliling Kota Seoul bersama paman shin.
    Yuna bertemu Chae-Rin.
    Yuna ke rumah Chae-rin.
    Yuna dan Chae-rin bercerita.
    Chae-rin melihat Hyu-Bin.
    Chae-rin merasa sesak melihat yuna dan hyu-bin.
    Chae-rin mengkhayal.
    Yoon jeon-seuk menghubungi chae-rin.
    Yoon jeon-seuk meminta chae-rin ke kantornya.
    Yoon jeon-seuk mempertemukan chae-rin dengan ibunya.
    Chae-rin tak mau disentuh ibunya.
    Chae-rin menangis.
    Chae-rin marah dengan Yoon jeon-seok.
    Yoon jeon-seok menyakiti Chae-rin.
    Chae-rin menangis di pinggir jalan.
    Bertemu Hyu-bin.
    Hyu-bin memberi sapu tangan
    Mereka bersama di ayunan.
    Mereka bercerita.
    Yoon jeon-seok menghubungi Yuna.
    Mengajak bertemu.
    Yoon-jeon seuk menghubungi Yuna.
    Mengajak bertemu.
    Yoon jeon-seok dan Yuna bercerita.
    Yoon jeon-seok mencoba melupakan Chae-rin.
    Kim hyu-bin dipanggil Tuan Lim di ruangannya.
    Chae-rin juga dipanggil Tuan Lim.
    Chae-rin diberi tugas oleh Tuan Lim.
    Chae-rin melatih Hyu-bin menjadi pelayan yang ramah.
    Mereka semakin dekat.
    Yuna melihat Chae-rin dan Hyu-bin bersama.
    Yuna menangis melihatnya.
    Yuna bertemu Yoon Jeon-seok.
    Yoon jeon-seok terkejut melihat Hyubin dan Chae-rin.
    Yuna mencintai Hyu-bin.
    Yoon jeon-seok terdiam.
    Yuna melihat lukisan.
    Ayah Yuna dan hyu-bin pulang.
    Ayah mengajak makan malam bersama.
    Ayah senang melihat Yuna dan Hyu-bin.
    Ulang tahun Kim’s Restaurant.
    Hyu-bin kecewa.
    Yuna bersama Yoon jeun-seok ke pesta.
    Yoon jeun-seok berbohong.
    Chae-rin kaget.
    Yuna sakit hati.
    Yoon jeun-seok bertanya pada Yuna.
    Hyu-bin belum pulang.
    Yuna khawatir.
    Yuna mengajak Paman Shin mencari Hyu-Bin.
    Hyu-bin basah kuyup.
    Yuna membawa Hyu-bin ke rumah Chae-rin.
    Chae-rin khawatir.
    Hyu-bin sakit.
    Ayah berbincang dengan Chae-rin.
    Kim Hyu-bin terbangun.
    Yuna flu.
    Chae-rin memberikan kado pada Yuna.
    Chae-rin cemburu pada Yuna.
    Hyu-bin kembali ke rumah.
    Hyu-bin kecewa dengan Yuna.
    Yuna duduk di depan.
    Yoon jeon-seok menemui Yuna.
    Hyu-bin cemburu dengan Yoon jeon-seok.
    Waktu gajian.
    Hyu-bin sangat senang.
    Dong gang-soo dan Kang seon-joon menggoda Hyu-bin danChae-rin.
    Chae-rin mengajak Hyu-bin kencan.
    Yuna bersama Yoon jeon-seok.
    Hyu-bin pulang bersama Chae-rin.
    Yoon jeon-seok dan Yuna cemburu.
    Hyu-bin memberikan syal pada Yuna.
    Hyu-bin dan Chae-rin berkencan.
    Chae-rin terlambat 15 menit.
    Chae-rin kecewa.
    Hyu-bin membeli sandal untuk Chae-rin.
    Hyu-bin memuji Chae-rin.
    Hyu-bin semakin dekat dengan Chae-rin.
    Jeon-seok menemui Chae-rin.
    Mereka mengobrol.
    Jeon-seok menjelaskan semua.
    Jeon-seok memohon.
    Jeon-seok memeluk Chae-rin.
    Kim hyu-bin malihatnya.
    Hyu-bin cemburu.
    Hyu-bin marah.
    Chae-rin takut dan tak percaya.
    Hyu-bin menghajar Yoon jeon-seok.
    Chae-rin marah pada Hyu-bin.
    Chae-rin menangis.
     Yuna menghubungi Hyu-bin.
    Hyu-bin kecelakaan.
    Yuna khawatir.
    Yuna mencari nomor ruangan Hyu-bin.
    Ayah menangis.
    Ibu Farah menghubungi Yuna.
    Ibu Farah khawatir.
    Ibu Farah menasehati Yuna.
    Yoon jeon-seok dating.
    Chae-rin menjaga Hyu-bin.
    Yuna melihat Chae-rin menangis.
    Chae-rin mengungkapkan perasaannya.
    Yuna mendengarnya.
    Hyu-bin juga mencintai Chae-rin.
    Hyu-bin sadar.
    Hyu-bin menggenggam tangan Chae-rin.
    Chae-rin sakit.
    Yuna mengantar Chae-rin pulang.
    Yoon jeon-seok berbicara dengan Hyu-bin.
    Hyu-bin berangkat kerja.
    Yuna tersenyum manis.
    Chae-rin membersihkan meja.
    Mereka senang Hyu-bin bekerja.
    Han chae-rin khawatir.
    Kang seon-joon dan Dong gang-soo menggoda.
    Hyu-bin salah tingkah.
    Hyu-bin meminta maaf.
    Hyu-bin menggoda Chae-rin.
    Hyu-bin melukis Chae-rin.
    Mereka bercanda.
    Hyu-bin memukul Dong gang-soo.
    Chae-rin menjelaskan sesuatu.
    Chae-rin bingung.
    Yuna tertidur pulas.
    Hyu-bin hanya mengagumi dan menyayangi Yuna.
    Yuna menyelesaikan novelnya.
    Hyu-bin mengonceng Yuna.
    Yuna tak mau diajar naik sepeda.
    Melukis langit sore.
    Yuna menanyakan perasaan Hyu-bin.
    Hyu-bin mengajak chae-rin bertemu.
    Chae-rin bingung.
    Hyu-bin menggoda.
    Hyu-bin meledek Chae-rin.
    Chae-rin emosi.
    Hyu-bin memberikan hasil lukisannya.
    Chae-rin sangat senang.
    Hyu-bin mengungkapkan perasaannya.
    Chae-rin malu.
    Chae-rin juga mencintai Hyu-bin.
    Beberapa tahun kemudian.
    Novel Yuna telah terbit.
    Hyu-bin dan Chae-rin telah menikah.
    Chae-rin hamil.
    Yuna sangat senang.
    Yuna menjadi penulis terkenal sekaligus guru TK.
    Chae-rin bertemu jeon-seok.
    Chae-rin mengelola restoran.
    Jeon-seok akan menyusul Yuna.
    Yuna menjadi terkenal.
     Yuna diwawancarai.
    Yuna sangat senang berada di dekat anak-anak.
    Jeon-seok menemui Yuna di Solo.
    Jeon-seok melamar Yuna.
    Yuna sangat senang.
4.2.2  Alur Episodik
PERISTIWA AWAL         TRANSFORMASI            PERISTIWA AKHIR
Hyu-Bin kesepian             Ayah Hyu-Bin menikah       Yuna dan Hyu-bin bersaudara
Hyu-bin kerja                    disuruh Ayah                      Hyu-bin dan chae-rin kenal
Jeon-seok kenal Yuna       karena seniornya                       Akhirnya dekat
Chae-rin ditinggal ibu        karena menikah                     Chae-rin membencinya
Yuna cinta kakaknya        karena salah paham                 mencoba menjauhinya
Chae-rin benci Seok           menolaknya                             karena ia orang kaya       
Yuna ke Solo                   kerena nenek sakit                     rindu kakaknya
Kembali ke Seoul            untuk Kuliah                              tinggal di Seoul
Chae-rin menikah            cinta Hyu-bin                                hidup bahagia
Yuna pulang                  menyelesaikan novel                       menjadi terkenal
Seok ke Solo                karena Yuna                                 mereka bersama


4.2.3  Struktural Alur
•    Pengenalan
Hyu-bin mengenal Yuna ketika Ayahnya menikahi Ibu Farah yang merupakan Ibu Yuna dan mereka akhirnya bersaudara tiri.
    Hyu-bin mengenal Han-chae-rin di salah satu restoran ayahnya, yang bekerja sebagai pelayan.
•    Konflik
    Chae-rin membenci orang kaya kerena ibunya meninggalkan Ia dan ayahnya hanya untuk menikah dengan orang kaya.
    Hyu-bin sangat menyayangi Yuna adik tirinya, saking sayangnya ia merasakan hal yang berbeda begitupun Yuna, Ia merasakan perasaan cinta kepada kakaknya sendiri.
    Chae-rin tak bisa mencintai Yoon jeon-seok yang lebih dulu mencintainya, bahkan ia sempat membencinya karena ia merupakan orang kaya walaupun Jeon-seok sudah sangat baik padanya.
    Han chae-rin tiba-tiba mencintai Hyu-bin walaupun ia juga orang kaya, karena sifat Hyu-bin yang suka membuat kesal, hangat dan perhatian.
•    Klimaks  
    Hyu-bin menyadari bahwa perasaan yang dimilikinya pada Yuna bukan perasaan cinta tapi hanya saying sebagai adik, kerena Yuna lah satu-satunya yang memperhatikannya  sebagai kakal setelah mamanya meninggal dan ayahnya menikahi Ibu Farah yang merupakan Ibu Yuna. Begitupun Yuna, rasa sayang dan ketidakrelaannya melihat Hyu-bin dan Chae-rin itu bukanlah perasaan jatuh cinta, tapi hanya perasaan takut kehilangan saja.
    Hyu-bin dan Chae-rin akhirnya menikah, Yoon jeon-seok dapat menerimanya dan dapat menyadari perasaannya kalau Ia mencintai Yuna, dan akhirnya melamarnya di Kota Solo.

4.3  Latar
4.3.1  Latar Tempat dan Waktu

•    Pagi di Bandara Internasional Incheun
•    Siang di Kelas
•    Malam di kamar
•    Malam di meja makan
•    Pagi di halaman
•    Pagi di sekolah
•    Sore di taman belakang rumah
•    Malam kamar ayah
•    Malam kamar Yuna
•    Pagi di kampus
•    Siang di little kim’s restorant
•    Kamar Hyu-bin
•    Malam di rumah chae-rin
•    Angin malam bertiup di jendela kamar
•    Malam di Pinggir jalan
•    Cafe
•    Malam di rumah sakit
•    Sore depan pagar rumah chae-rin
•    Di depan rumah makan
•    Malam  di depan pintu kamar yuna
•    Sore hari melukis langit
•    Sore hari di taman
•    Sore di toko
•    Halaman depan TK

4.3.2  Latar Sosial/Budaya
    Latar Sosial
Novel Rain Over Me muncul berawal dari khayalan pribadi penulis membuat sebuah drama untuk pasangan favoritku, SoEulmate (So Yi-Jung & Chu Ga-Eul).
Impian penulis untuk novel ini sangat sederhana. Ia hanya ingin membuat sebuah novel yang bisa membuat pembaca tersenyum dan setelah membaca pun ada kenangan manis tersimpan di ingatan pembaca. 

    Latar Budaya
    Novel ini bercerita tentang orang berkebangsaan Korea tepatnya Seoul dengan kebudayaannya jika bertemu seseorang akan menundukkan kepala dengan sopan.

4.4  Hal Menarik
Dalam novel Rain Over Me karya Arini Putri ini hal menariknya adalah rasa sayang berlebihan yang diberikan Kim Hyu-Bin kepada adik tirinya, begitupun sebaliknya sehingga merasa sempat mengira mereka saling mencintai.
Cinta segitiga antara Kim Hyu-Bin, Han Chae-Rin, dan Jeon- Seok juga akhir kebahagiaan mereka.

BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh peneliti adalah menganalisis novel Rain Over Me yang dikarang oleh Arini Putri berdasarkan pendekatan struktural, dimana pendekatan structural ini banyak digunakan menganalisis karya sastra.
Dalam novel ini struktur yang diteliti adalah alur, latar, tokoh dan hal menarik yang terdapat dalam novel Rain Over Me karya Arini Putri ini. Novel ini memgisahkan tentang seorang pria yang kehilangan kasih sayang setelah ibiunya meninggal. Ia memiliki adik tiri dan sempat menganggap bahwa ia mencintainya. Namun sebenarnya itu hanya perasaan takut kehilangan saja, adik yang sangat ia sayangi itu.

5.2  Saran
        Saya sadari banyak terdapat keterbatasan di dalam melakukan pengkajian, untuk itu diharapkan masukan yang membangun. Semoga dengan adanya kajian kami ini paling tidak bisa dijadikan acuan bagi para pembaca agar bisa memahami isi dari novel Rain Over Me. Mengingat betapa pentingnya karya sastra, hendaknya para pembaca khususnya mahasiswa Jurusan pendidikan bahasa dan seni dapat melaksanakan kegiatan seperti ini ketika melakukan proses menikmati karya sastra untuk mengetahui lebih dalam makna yang terdapat di dalam sebuah karya sastra sekaligus melatih kemampuan di dalam menelaah sebuah karya sastra.
Sebagai saran dalam makalah ini, semoga makalah ini bisa kita gunakan dengan baik dalam jalan kita untuk mengetahui dan mempelajari mengenai struktural dalam novel “Rain Over Me” karangan Arini Putri. Namun tidak kalah pentingnnya juga bila  saya memberikan salah satu saran yang akan menjadi motivasi kita, marilah kita menghargai hasil karya orang lain sekecil apapun itu karena belum tentu kita bisa menciptakan salah satu karya yang lebih baik dari yang telah dia hasilkan. Model penghargaan itu sendiri dapat kita wujutkan dengan menjaga karya yang telah mereka hasilkan dengan sebaik-baiknya.
   

MEMBACA LANJUT LAPORAN POWER READING


LAPORAN POWER READING

Langkah
1.    Ciptakan gambaran keseluruhan waktu 5 menit, baca tinjauannya untuk mengetahui gagasan intinya.
Buku Sosiolinguistik ini membahas tentang bahasa dalam masyarakat yaitu materi pada buku tersebut yaitu studi bahasa, sosiolinguistik, manfaat sosiolinguistik dalam studi bahasa, keadaan sosiolinguistikdi Indonesia. Bahasa dalam konteks sosial yaitu verbal repertoire dan masyarakat tutur, peristiwa tutur dan tindak tutur. Alih kode yaitu pengertian kode, alih kode, beberapa faktor penyebab alih kode. Campor kode yaitu latar belakang terjadinya campur kode, beberapa macam ujud campur kode. Lingualisme, Diglosia yaitu hubungan timbal-balik antara kedwibahasaan dan diglosia. Keanekaragaman bahasa yaitu styles, slang,colloquial, jarqon, argot dan register.interfrensi dan integrasi yaitu persamaan dan perbedaan, integrasi, akibat interferensi dan integrasi.

2.    Lihat sekilas manfaat buku 6 detik setiap halaman, baca secara cepat teks di bab pertama dengan kecepantan 6 detik perhalaman, yang harus dicari adalah gagasan dan kata kunci. Pastikan bahwa buku itu menambah wawasan dan bermanfaat, jika tidak maka tinggalkan.
Halaman 1
    Studi bahasa adalah suatu bidang studi yang sifatnya sebagai disiplin tersendiri, studi bahasa banyak melibatkan disiplin-disiplin ilmu pengetahuan lain.
Halaman 2
Sosiolinguistik menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan  pemakaiannya di dalam masyarakat. Pemakaian bahasa dipengaruhi oleh faktor;faktor situasional, yaitu siapa berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dimana dan mengenai apa, seperti dengan ringkas dirumuskan oleh Fishman “who speaks what languge to whom and when. Adanya faktor-faktor social dan faktor-faktor situasional yang mempengaruhi pemakaian bahasa maka timbullah variasi-variasi bahasa.
Halaman 3
        Hubungan antara bahasa dan pemakaian bahasa dengan peristiwa-peristiwa sosial. Bahasa dan peristiwa-peristiwa sosial. Bahasa dan peristiwa kebahasaan termasuk bidang studi sosiologi.
Halaman 4
Studi bahasa secara linguistik dimaksudkan untuk merumuskan kaidah-kaidah bahasa, menentukan  pola-pola struktur bahasa, memberikan deskripsi tentang tata bahasa serta melukiskan peristiwa-peristiwa kebahasaan yang ada.
Halaman 5
        Timbullah variasi pemakaian bahasa dapat pula dilihat dari sudut lain. Hal ini tampak juga dalam pemakaian bahasa Indonesia. Misalnya jika sekelompok orang berbicang-bincang di warung atau sedang mengobrol dengan temannya di pinggir jalan, maka pembicaraannya akan berlangsung dalam suasana yang intim, akrab, dan santai. Dalam suasana seperti itu maka bahasa yang dipergunakannya adalah ragam pergaulan (collocuial), diungkapkan secara spontan dan banyak terikat oleh norma-norma gramatikal.
Halaman 6
         Keadaan sosiolinguistik Indonesia cukup komples. Bagaimanapun kita berikan batasan kepada bahasa dan dialek, adalah jelas bahwa terdapat sejumlah besar bahasa di Negara kita. Menurut peta bahasa yang diterbitka Lembaga Bahasa Nasional (1972), ada sekitar 418 bahasa di Indonesia, dengan jumlah penutur setiap bahasa berkisar antara 100 orang ( di Irian Jaya) sampai dengan kira-kira 50 juta orang (bahasa Jawa). 
Halaman 7
        Mayoritas orang Indonesia belajar suatu bahasa daerah, yakni bahasa sukunya, sebagai bahasa pertama. Mereka ini belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua di Sekolah atau secara informal di masyarakat. Orang yang demikian berdwibahasa dengan bahasa daerah yang lain atau yang kedua.

3.    Buat sketsa waktu untuk seluruh isi buku 30 menit. Mild mapping atau peta pemikiran. Menguasai pemikiran dari penulis. Waktu untuk setiap bab 3 menit.
BAB I








BAB II







BAB III








BAB IV






BAB V



BAB VI








BAB VII








BAB VIII





4.    Siapkan pertanyaan, apa gagasan utamanya?,  buku apa yang mendukung?, apa fakta aktualnya?, apakah hal baru dalam buku itu?, apa yang bisa dimanfaatkan dari buku itu?, waktu 3 menit/bab, 30menit/isi.
1.    Apa gagasan utamanya?
Gagasan utama buku sosiolinguistik ini yaitu membahas tentang kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakaiannya di dalam masyarakat,
2.    Buku apa yng mendukung?
Buku yang mendukung buku sosiolinguistik ini adalah psikolinguistik, antropologilingualistik, aetnolingualistik dll.
3.    Apa fakta aktualnya?
Fakta aktual yang terdapat dalam buku sosiolinguistik ini adalah adanya penelitian atau tanggapan para ahli.
Contohnya adalah Hymes menitikberatkan pada segi kegunaannya, ia berpendapat bahwa sosiolinguistik dapat dipakai sebagai petunjuk tentang kemungkinan pemakaian data dan analisis social di dalam linguistic. Sementara itu Fishman melihat sosiolinguistik dari sudut adanya hubungan antara variasi bahasa, fungsi bahasa dan pemakahasian bahasa serta adanya perubahan-perubahan sebagai akibat terjadi interaksi antara ketiganya, dan memberikan batasan sosiolinguistik sebagai studi tentang sifat-sifat khusus.
4.    Apakah hal baru dalam buku itu?
Hal baru dalam buku sosiolilinguistik ini adalah kita dapat mengetahui bagaimana cara kita menyuasaikan pembicaraan dengan kondisi yang ada. Dimana saat kita menggunakan bahasa yang resmi, sesuai dengan ejaan ataupun bahasa yang baik dan benar atau bahasa yang tidak resmi yang biasa dilakukan dikehidupan sehari-hari.
5.    Apa yang bisa dimanfaatkan dari buku itu?
Buku sosiolinguistik ini bermanfaat di dalam masyarakat sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi, serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu. Kita juga dapat mengetahui bahasa dalam konteks sosial, alih kode, campur kode, dll.

5.    Baca teks setiap bab, waktu setiap bab 8menit, 80menit untuk seluruh isi buku.
6.    Tinjauan balik atau skip back, baca bab dan berhenti pada bagian yang sulit dan memahami polanya, baca dengan bersuara pada bagian yang sulit dan memahami kaitan antara berbagai gagasan dan argumen untuk memahami polanya, baca dengan bersuara pada bagian yang sulit, waktu setiap bab 8 menit, seluruh isi buku 80menit.
7.    Buatlah catatan ringkas waktu setiap bab 3 menit, 30 menit/isi buku .

BAB I
Sosiolinguistik menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakaiannya di dalam masyarakat. Maksudnya adalah sosiolinguistik menitikberatkan penggunaan bahasa di dalam masyarakat. Pemakaian bahasa dapat dipengaruhi oleh faktor situasi yaitu siapa berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dimana, dan mengenai apa.

BAB II
Kemampuan komunikatif baik secara perseorangan maupun kelompok disebut verbal repertoire.
Masyarakat tutur adalah kelompok orang-orang yang mempergunakan bentuk bahasa yang sama, tetapi juga kelompok orang yang mempunyai norma yang sama dalam memakai bentuk yang sama.

BAB III
Istilah kode dimaksudkan untuk menyebut salah satu untuk varian di dalam hierarki kebahasaan. Alat komunikasi merupakan varian dari bahasa dikenal dengan kode.
Alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode yang satu ke kode yang lain. Jadi apabila seorang penutur mula-mula menggunakan kode A (misalnya bahasa Indonesia), dan kemudian beralih menggunakan kode A (misalnya bahasa Jawa), maka peristiwa peralihan pemakaian bahasa itu disebut alih kode (code-switchin).namun karena di dalam satu kode terdapat berbagai kemungkinan varian, maka peristiwa alih kode mungkin berujud alih varian, alih ragam, alih gaya, atau alih register. Peralihan demikian dapat diamati lewat tingkat-tingkat tata bunyi, tata kata, tata bentuk, tata kalimat, maupun tata wacananya.

BAB IV
Aspek lain dari saling ketergantungan bahasa (language dependency) dalam masyarakat multilingual ialah terjadinya gejala campur kode (code maxing). Apabila dalam alih kode fungsi konteks dan relevansi situasi merupakan cirri-ciri ketergantungan, maka di dalam campur kode cirri-ciri ketergantunga ditandai olehn fungsi kebah adanya hubungan timbal balik antara peranan dan fungsi kebahasaan. Campur kode adalah adanya penyisipan bahasa satu ke bahasa yang lain.

BAB V
Banyak aspek yang tersangkut dalam kajian kedwibahasaan, antara lain aspek social, individu, pedagogis, dan psikologis.
Bilingualisme adalah kekayaan pemakaian perorangan akan dua bahasa berarti adanya dua masyarakat bahasa yang berbeda tidaklah berarti adanya satu masyarakat dwibahasa.

BAB VI
Persoalan diglosia adalah persoalan antara dua dialek dari satu bahasa, bukan antara dua bahasa.dalam masyarakat ujaran tertentu, para penutur menggunakan dua ragam bahasa atau lebih dalam kondisi-kondisi tertentu.

BAB VII
Styles, Slang, Colloquial, Jargon, Argot dan Register, keenam istilah ini kesemuanya itu ada pada setiap penutur bahasa apapun. Artinya semua itu ada dalam verbal repertoire anda sendiri.

BAB VIII
Baik interferensi maupun integrasi merupakan akibat dari terjadinya kontak bahasa. Kedua peristiwa itu pada hakikatnya adalah peristiwa pemakaian unsure bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain yang terjadi pada umumnya dianggap sebagai gejala tutur (speech, parole), hanya terjadi pada dwibahasawan dan peristiwa yang dianggap sebagai penyimpangan.
 
8.    Ulangi, berikutnya. Lihatlah kembali selama 10 menit. Tambahkan 5-10 menit untuk seminggu kemudian, untuk seluruh buku 30 menit.
9.    Evaluasi membaca super.
1.    Apakah metode power reading ini cukup membantu isi buku?
Menurut saya ya, karena metode power reading ini dapat membuat pembaca mudah memahami apa yang ia baca dengan cara sederhana. Maksudnya adalah kita memahami bacaan dengan menyaring materi tersebut.
2.    Seberapa cepat anda membaca buku?
Saya tidak dapat mengukur kecepatan membaca saya, tapi saya dapat melakukan langkah-langkah tersebut, walaupun ada kesusahan ketika membaca satu buku dengan waktu yang relatif cepat.
3.    Apakah pemahaman dan ingatan anda akan buku itu meningkat?
Iya, karena disaat membaca perbab dengan waktu yang singkat. Kita dapat mengambil kesimpulan dari setiap bab tersebut dan disetiap bab itu ada hubungannya masing-masing. Sehingga pembaca lebih mudah memahami apa isi dari buku yang ia baca.

PENDIDIKAN PENGAJARAN BAHASA INDONESIA

  BAB I
PEMBUKAAN

Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tak heran apabila mata pelajaran ini kemudian diberikan sejak masih di bangku SD hingga lulus SMA. Dari situ diharapkan siswa mampu menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Kemudian pada saat SMP dan SMA siswa juga mulai dikenalkan pada dunia kesastraan. Dimana dititikberatkan pada tata bahasa, ilmu bahasa, dan berbagai apresiasi sastra. Logikanya, telah 12 tahun mereka merasakan kegiatan belajar mengajar (KBM) di bangku sekolah. Selama itu pula mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak pernah absen menemani mereka.
Kualitas berbahasa Indonesia para siswa yang telah lulus SMA masih saja jauh dari apa yang dicita-citakan sebelumnya. Yaitu untuk dapat berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini masih terlihat dampaknya pada saat mereka mulai mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Kesalahan-kesalahan dalam berbahasa Indonesia baik secara lisan apalagi tulisan yang klise masih saja terlihat. Seolah-olah fungsi dari pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah tidak terlihat maksimal. Saya pernah membaca artikel dosen saya yang dimuat oleh harian Pikiran Rakyat. Dimana dalam artikel tersebut dibeberkan banyak sekali kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia yang dilakukan oleh para mahasiswa saat penyusunan skripsi. Hal ini tidak relevan, mengingat sebagai mahasiswa yang notabenenya sudah mengenyam pendidikan sejak setingkat SD hingga SMU, masih salah dalam menggunakan Bahasa Indonesia. Apakah ada kesalahan dengan pola pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah? Selama ini pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah cenderung konvesional, bersifat hafalan, penuh jejalan teori-teori linguistik yang rumit. Serta tidak ramah terhadap upaya mengembangkan kemampuan berbahasa siswa. Hal ini khususnya dalam kemampuan membaca dan menulis. Pola semacam itu hanya membuat siswa merasa jenuh untuk belajar bahasa Indonesia. Pada umumnya para siswa menempatkan mata pelajaran bahasa pada urutan buncit dalam pilihan para siswa. Yaitu setelah pelajaran-pelajaran eksakta dan beberapa ilmu sosial lain.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Fungsi pendidikan
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:
•    Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
•    Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
•    Melestarikan kebudayaan.
•    Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Fungsi laten lembaga pendidikan adalah sebagai berikut.
•    Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan, sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah.
•    Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.

2.2. Pelajaran Bahasa Indonesia
Alasan mengapa begitu banyak anak yang mengalami kesulitan dalam menulis karangan dengan kualitas dan panjang yang memuaskan serta dengan menggunakan ejaan dan tanda baca yang memadai ialah anak-anak di banyak kelas jarang menulis dengan kata- kata mereka sendiri. Mereka lebih sering menyalin dari papan tulis atau buku pelajaran. Dari data tersebut menggambarkan hasil dari KBM Bahasa Indonesia di SD masih belum maksimal. Walaupun jam pelajaran Bahasa Indonesia sendiri memiliki porsi yang cukup banyak.
Setelah lulus SD dan melanjutkan ke SMP, ternyata proses pengajaran Bahasa Indonesia masih tidak kunjung menunjukan perubahan yang berarti. Ulat pun masih menjadi kepompong. Kelemahan proses KBM yang mulai muncul di SD ternyata masih dijumpai di SMP. Bahkan ironisnya, belajar menulis sambung yang mati-matian diajarkan dahulu ternyata hanya sebatas sampai SD saja. Pada saat SMP penggunaan huruf sambung seakan-akan haram hukumnya, karena banyak guru dari berbagai mata pelajaran yang mengharuskan muridnya untuk selalu menggunakan huruf cetak. Lalu apa gunanya mereka belajar menulis sambung?
Seharusnya pada masa ini siswa sudah mulai diperkenalkan dengan dunia menulis (mengarang) yang lebih hidup dan bervariatif. Dimana seharusnya siswa telah dilatih untuk menunjukkan bakat dan kemampuannya dalam menulis: esai, cerita pendek, puisi, artikel, dan sebagainya. Namun, selama ini hal itu dibiarkan mati karena pengajaran Bahasa Indonesia yang tidak berpihak pada pengembangan bakat menulis mereka. Pengajaran Bahasa Indonesia lebih bersifat formal dan beracuan untuk mengejar materi dari buku paket. Padahal, keberhasilan kegiatan menulis ini pasti akan diikuti dengan tumbuhnya minat baca yang tinggi di kalangan siswa.
Beranjak ke tingkat SMA ternyata proses pembelajaran Bahasa Indonesia pun masih sekali tiga uang. Sang ulat kini hanya menjadi kepompong besar. Kecuali dengan ditambahnya bobot sastra dalam pelajaran bahasa indonesia, materi yang diajarkan juga tidak jauh-jauh dari imbuhan, masalah ejaan, subjek-predikat, gaya bahasa, kohesi dan koherensi paragraf, pribahasa, serta pola kalimat yang sudah pernah diterima di tingkat pendidikan sebelumnya. Perasaan akan pelajaran Bahasa Indonesia yang dirasakan siswa begitu monoton, kurang hidup, dan cenderung jatuh pada pola-pola hafalan masih terasa dalam proses KBM.
Tidak adanya antusiasme yang tinggi, telah membuat pelajaran ini menjadi pelajaran yang kalah penting dibanding dengan pelajaran lain. Minat siswa baik yang menyangkut minat baca, maupun minat untuk mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia semakin tampak menurun. Padahal, bila kebiasaan menulis sukses diterapkan sejak SMP maka seharusnya saat SMA siswa telah dapat mengungkapkan gagasan dan ''unek-unek'' mereka secara kreatif. Baik dalam bentuk deskripsi, narasi, maupun eksposisi yang diperlihatkan melalui pemuatan tulisan mereka berupa Surat Pembaca di berbagai surat kabar. Dengan demikian apresiasi dari pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi jelas tampak prakteknya dalam kehidupan sehari-hari. Bila diberikan bobot yang besar pada penguasaan praktek membaca, menulis, dan apresiasi sastra dapat membuat para siswa mempunyai kemampuan menulis jauh lebih baik Hal ini sangat berguna sekali dalam melatih memanfaatkan kesempatan dan kebebasan mereka untuk mengungkapkan apa saja secara tertulis, tanpa beban dan tanpa perasaan takut salah.
Setelah melihat pada ilustrasi dari pola pengajaran tersebut saya melihat adanya kelemahan - kelemahan dalam pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah. KBM belum sepenuhnya menekankan pada kemampuan berbahasa, namun lebih pada penguasaan materi. Hal ini terlihat dari porsi materi yang tercantum dalam buku paket lebih banyak diberikan dan diutamakan oleh para guru bahasa Indonesia. Sedangkan pelatihan berbahasa yang sifatnya lisan ataupun praktek hanya memiliki porsi yang jauh lebih sedikit. Padahal kemampuan berbahasa tidak didasarkan atas penguasaan materi bahasa saja, tetapi juga perlu latihan dalam praktek kehidupan sehari-hari.
Selain itu, pandangan atau persepsi sebagian guru, keberhasilan siswa lebih banyak dilihat dari nilai yang diraih atas tes, ulangan umum bersama (UUB) terlebih lagi pada Ujian Akhir Nasional (UAN). Nilai itu sering dijadikan barometer keberhasilan pengajaran. Perolehan nilai yang baik sering menjadi obsesi guru karena hal itu dipandang dapat meningkatkan prestise sekolah dan guru. Untuk itu, tidak mengherankan jika dalam KBM masih dijumpai guru memberikan latihan pembahasan soal dalam menghadapi UUB dan UAN. Apalagi dalam UUB dan UAN pada pelajaran bahasa Indonesia selalu berpola pada pilihan ganda. Dimana bagi sebagian besar guru menjadi salah satu orientasi di dalam proses pembelajaran mereka. Akibatnya, materi yang diberikan kepada siswa sekedar membuat mereka dapat menjawab soal-soal tersebut, tetapi tidak punya kemampuan memahami dan mengimplementasikan materi tersebut untuk kepentingan praktis dan kemampuan berbahasa mereka. Pada akhirnya para siswa yang dikejar-kejar oleh target NEM-pun hanya berorientasi untuk lulus dari nilai minimal atau sekadar bisa menjawab soal pilihan ganda saja. Perlu diingat bahwa soal-soal UAN tidak memasukan materi menulis atau mengarang (soal esai).
Bahasa Indonesia supaya siswa memiliki kemahiran berbahasa diperlukan sebuah pola alternatif baru yang lebih variatif dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah. Agar proses KBM di kelas yang identik dengan hal-hal yang membosankan dapat berubah menjadi suasana yang lebih semarak dan menjadi lebih hidup. Dengan lebih variatifnya metode dan teknik yang disajikan diharapkan minat siswa untuk mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia meningkat dan memperlihatkan antusiasme yang tinggi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Peran guru Bahasa Indonesia juga tak lepas dari sorotan, mengingat guru merupakan tokoh sentral dalam pengajaran. Peranan penting guru juga dikemukakan oleh Harras (1994). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia, dilaporkannya bahwa guru merupakan faktor determinan penyebab rendahnya mutu pendidikan di suatu sekolah. Begitu pula penelitian yang dilakukan International Association for the Evaluation of Education Achievement menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat penguasaan guru terhadap bahan yang diajarkan dengan pencapaian prestasi para siswanya. Sarwiji (1996) dalam penelitiannya tentang kesiapan guru Bahasa Indonesia, menemukan bahwa kemampuan mereka masih kurang. Kekurangan itu, antara lain, pada pemahaman tujuan pengajaran, kemampuan mengembangkan program pengajaran, dan penyusunan serta penyelenggaraan tes hasil belajar. Guru Bahasa Indonesia juga harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa yang langsung berhubungan dengan aspek pembelajaran menulis, kosakata, berbicara, membaca, dan kebahasaan .Rupanya guru juga harus selalu melakukan refleksi agar tujuan bersama dalam berbahasa Indonesia dapat tercapai.
Selain itu, siswa dan guru memerlukan bahan bacaan yang mendukung pengembangan minat baca, menulis dan apreasi sastra. Untuk itu, diperlukan buku-buku bacaan dan majalah sastra (Horison) yang berjalin dengan pengayaan bahan pengajaran Bahasa Indonesia. Kurangnya buku-buku pegangan bagi guru, terutama karya-karya sastra mutakhir (terbaru) dan buku acuan yang representatif merupakan kendala tersendiri bagi para guru. Koleksi buku di perpustakaan yang tidak memadai juga merupakan salah satu hambatan bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah perpustakaan sekolah hanya berisi buku paket yang membuat siswa malas mengembangkan minat baca dan wawasan mereka lebih jauh.

DAFTAR PUSTAKA
.
http://tekno.kompas.com/read/2012/2014/131 591/ rakyat.iran.sulit akses. internet.

Dasar-dasar Jurnalistik

Dasar-dasar Jurnalistik 

1. Pengantar Ilmu Jurnalistik
2. Apa itu Jurnalistik ?
3. Pada zaman Cayus Julius Caesar (100-44 SM)didirikan sebuah papan bernama Forum Romanum.Forum Romanum ini terdiri dari:1. Acta Senatus2. Acta Diurna Populi Romawi
4. Zaman Romawi, para budak-budak diperintahkan untukmengumpulkan informasi, berita, bahkan masuk kepadasidang-sidang senat untuk melaporkan informasi tersebutbaik secara lisan maupun tulisan.Sementara surat kabar cetakan pertama kali muncul diCina dengan nama King Pau pada tahun 911. Surat kabarmilik pemerintah tersebut awalnya terbit tidak tetap, dankemudian terbit mingguan pada tahun 1351. Dan padatahun 1885 terbit setiap hari.
5. Tahun 1605 Abraham Verhoeven di Antwerpen, Belgia,mencetak selebaran Nieuwe Tijdinghen. Lalu kemudianberganti nama menjadi Wekelijksche Tijdinghen lengkapdengan berbagai peristiwa dan terbit teratur.Kemudian muncul surat kabar pertama di Jerman bernamaAvisa Relation Oder Zeitung pada tahun 1609. Dan di tahunyang sama pula terbit surat kabar Relations di Strassburg,Jerman.Kehadiran surat kabar ini diikuti oleh beberapa negarayakni; di Belanda muncul Courante Uyt Italien enDuytschland yang terbit di tahun 1618. Di Inggris munculCurant of General News pada tahun 1662, kemudian diPerancis ada Gasette de France pada tahun 1631.
6. Sejak abad 17, bermunculan surat kabar di Batavia. Salahsatunya ialah Kort Bericht Eropa (berita singkat dari Eropa)yang terbit pada tahun 1676 yang dicetak oleh Abraham Vanden Eede.Setelah itu terbit pula Bataviase Nouvelles pada bulanOktober 1744, Vendu Nieuws pada tanggal 23 Mei 1780,sedangkan Bataviasche Koloniale Courant tercatat sebagaisurat kabar pertama yang terbit di Batavia tahun 1810.Dalam majalah Indie, Nedelandch Indie Oud en Nieuw,Kromo Blanda, Djawa, berbagai Verslagen (Laporan) telahmemuat aneka berita dari mulai politik, ekonomi, sosial,sejarah, kebudayaan, seni serta berbagai peristiwa pentinglainnya yang terjadi di negeri kita.
Abad 20 merupakan “zaman7.  menghangatnya koran”akibat adanya dicentralisatie wetgeving (aturan Terdapat kebebasan untuk mengkritisi pemerintahyangdipusatkan). karenaadanya hak onschenbaarheid (tidak bisa dituntut) bagi parapejabat Dunia pers semakin menghangat ketika terbitnya “MedanPrijaji”pribumi. pada tahun 1903, sebuah surat kabar pertama yangdikelola kaum pribumi.
8. Jurnalistik Pasca 1965Menurut Jakob Oetama sejak 1965 itulah mulai terjadi perubahan besardalam dunia jurnalistik di Indonesia. Tiga hal yang melandasinya ialah:1. Peristiwa-peristiwa setelah G30S/PKI2. Kebebasan yang lebih daripada periode sebelumnya3. Sikap profesionalisme pada redaksi dan pengelolaan bisnis seperti sirkulasi, iklan serta keuangan (Oetama, 1987:6).
9. Pada era ini (1965-1985) dikenal dengan era orde baru. Banyak mediamassa bermunculan dan makin kuat dalam produksi akibat kemajuan yangpesat dalam bidang ekonomi. Seluruh kegiatan jurnalistik punbersinggungan dengan unsur ekonomi, namun tidak dengan politik.Namun hal itu hanya sesaat, dimana banyak media-media yang diberedeloleh pemerintah akibat terlalu mencampuri urusan politik saat itu, sehinggapers kehilangan fungsinya sebagai kontrol sosial.
10. Secara yuridis, UU Pokok Pers No.21/1982 pun digantidengan UU Pokok Pers No.40/1999. Dengan undang-undangbaru, siapapun bisa menerbitkan dan mengelola pers.Tercatat selama 1998-2003 setidaknya ada 600 perusahaanpenerbitan pers, 50 diantaranya di Jawabarat.Akan tetapi 70 persen perusahaan itu gulung tikar pada tahunketiga, 20 persen kemudian tutup layar pada tahun keempat,dan 10 persen mencoba bertahan hingga tahun kelima.Kini, 12 tahun orde reformasi bergulir, dunia jurnalistik ditanah air makin berkembang pesat. Selain media cetak yangmasih bertahan, dunia televisi pun turut bersua. Takketinggalan, majunya teknologi informasi turut meramaikandunia jurnalistik hingga merambah kepada jurnalistik berbasisonline.
11. Akan tetapi, kebebasan pers yang kita alami saat ini bukantanpa masalah. Masih banyak gangguan yang dialami olehpelaku jurnalistik, mulai dari ancaman hingga pembunuhanyang beberapa waktu lalu kita jumpai di media-media massa.
12. Kata dasarnya “jurnal”(journal), artinya laporanatau catatan, atau “jour”dalam bahasa Prancisyang berarti “hari” (day)atau “catatan harian”(diary) atau dalambahasa Belandajournalistiek artinyapenyiaran catatan harian
13. Menurut Kris Budiman, jurnalistik (journalistiek,Belanda) bisa dibatasi secara singkat sebagaikegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, danpenyampaian berita kepada khalayak melalui saluranmedia tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan daripeliputan sampai kepada penyebarannya kepadamasyarakat.
14. Menurut kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan,mengedit, dan menulis surat kabar,majalah, atau berkala lainnya.
15. F. Fraser Bond dalam An Introduction to Journalisme (1961:1)menulis: Jurnalistik adalah segala bentuk yang membuat berita danulasan mengenai berita sampai kepada kelompok pemerhati.Sementara Erik Hodgins, Redaktur majalah Time, menyatakanjurnalistik adalah pengiriman informasi dari sini ke sana denganbenar, seksama, dan cepat, dalam rangka membela kebenarandan keadilan berpikir yang selalu dibuktikan (Suhandang, 2004:23). Adinegoro menegaskan, jurnalistik adalah semacam kepandaian mengarang yang pokoknya memberi pekabaran pada masyarakat selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya (Amar, 1984:30). Onong Uchjana Effendy mengemukakan, secara sederhana jurnalistik dapat didefinisikan sebagai teknik mengelola berita ,uali dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada masyarakat (2003:95).
Materi Jurnalistik
Pengetahuan Tentang Pers Dan Jurnalistik
Secara bahasa, Pers berarti media. Berasal dari bahasa Inggris press yaitu cetak. Apakah media itu berarti hanya media cetak? Tentunya tidak. Pada awal kemunculannya media memang terbatas hanya pada media cetak. Seiring percepatan tekhnologi dan informasi, ragam media ini kemudian meluas. Muncul media elektronik: Audio, audio visual (pandang-dengar) sampai internet. Jadi pers adalah sarana atau wadah untuk menyiarkan produk-produk jurnalistik.
Sedang jurnalistik merupakan suatu aktifitas dalam menghasilkan berita maupun opini. Mulai dari perencanaan, peliputan dan penulisan yang hasilnya disiarkan pada public atau khalayak pembaca melalui media/pers. Dengan kata lain jurnalistik merupakan proses aktif untuk melahirkan berita.
Hasil dari proses jurnalistik yang kemudian menjadi teks yang dimuat di media, berupa  berita maupun opini.
Fungsi Pers
1.        Menyiarkan informasi; hal inimerupakan fungsi yang pertama dan utama karena khalayak pembaca memerlukan informasi mengenai berbagai hal di bumu ini.
2.        Mendidik (to educate); artinya sebagai sarana pendidikan massa (mass education). Adapun isi dari media atau hal yang dimuat dalam media mengandung unsur pengetahuan khalayak pembaca pengetahuannya.
3.        Menghibur (to entertaint), khalayak pembaca selain membutuhkan informasi juga membutuhkan hiburan. Ini juga menyangkut minat insani.
4.        Mempengaruhi (control social); tidak dapat dipungkiri dalam kehidupan ini ada kejanggalan-kejanggalan, baik langsung ataupun tidak langsung, berdampak pada kehidupan social. Pada fungsi ini media dimungkinkan menjadi control social, yang karena isi dari media sendiri bersifat mempengaruhi.
Teori Pers
Fred S. Slebert, Thedorre Peterson dan Wilbur Schamm menyatakan bahwa pers di dunia saat ini dapat dikatagorikan  menjadi: Authorian Pers, social Responbility Pers dan Soviet Communist Pers.
Adapun teori Soviet Communist Pers hanyalah perkembangan dari teori authoritarian Pers. Pada teori itu fungsi pers sebagai media informasi kepada rakyat oleh pihak penguasa mengenai apa yang mereka inginkan dan apa yang harus didukung rakyat.
Sedangkan teori Sosial Rseponbility merupakan perkembangan dari teori Lebertarian Pers. Dan teori ini adalah kebalikan dari teori autoritarian pers, dimana pers bebas dari pengaruh pemerintah dan bertindak sebagai Fouth State. Pada teori ini pers menempatkan posisinya sebagai tanggung jawab social.
Apa Itu Berita?
Secara sederhana berita merupakan laporan seorang wartawan/jurnalis mengenai fakta. Karena ada banyak fakta dalam kehidupan atau realitas social lantas apakah fakta/realitas merupakan berita? Tidak? Fakta itu akan menjadi berita setelah dilaporkan oleh seorang wartawan. Karena itu berita merupakan konstruksi dari sebuah fakta. Lantas seperti apa fakta yang semestinya dilaporkan wartawan lalu menjadi berita? Secara teoritis ada banyak sekali ukuran, namun secara umum ukuran itu dibagi dua, yakni penting dan menarik. Kemudian, seberapa penting dan menarikkah suatu peristiwa itu layak dijadikan berita? Maka untuk mempertimbangkan hal tersebut dibutuhkan nilai-nilai sebagai pertimbangan untuk menentukan suatu peristiwa itu layak dijadikan berita. Dalam jurnalistik nilai-nilai tersebut disebut dengan News Value (nilai berita).
Objek Berita
Karena berita adalah laporan fakta yang ditulis oleh seorang jurnalis, maka objek beritanya adalah fakta. Dan fakta dalam jurnalsitik dikenal dalam beberapa kriteria, yaitu:
1.        Peristiwa, adalah suatu kejadian yang baru terjadi, artinya kejadian itu hanya sekali terjadi.
2.        Kasus, adalah merupakan kejadian yang tidak selesai setelah peristiwa terjadi. Maksudnya kejadian tersebut meninggalkan kejadian selanjutnya, peristiwa melahirkan peristiwa berikatnya. Maka kejadian demi kejadian tersebut disebut dengan kasus.
3.        Fenomena, adalah merupakan suatu kasus yang ternyata tidak terjadi hanya pada batas teritorial tertentu, artinya kasus tersebut sudah mewabah, terjadi dimana-mana.
Nilai-nilai Berita (News Value)
Secara umum nilai berita ditentukan oleh 10 komponen. Semakin banyak komponen tersebut dalam berita maka semakin besar nilai khalayak pembaca terhadap berita tersebut, secara lebih rinci dapat diringkaskan sebagai berikut:
1.          Kedekatan (Proximity), peristiwa yang memiliki kedekatan dengan khalayak, baik secara geografis maupun psikis.
2.        Bencana (Emergency), tiap manusia membutuhkan rasa aman. Dan setiap rasa aman akan menggugah perhatian setiap orang.
3.          Konflik (Conflict), ancaman terhadap rasa aman yang ditimbulkan manusia. Konflik antar individu, kelompok maupun Negara tetap akan mengugah perhatian setiap orang.
4.          Kemashuran (Prominence), biasanya rasa ingin tahu terhadap seseorang yang menjadi Public figure cukup besar.
5.          Dampak (Impact), peristiwa yang memiliki dampak langsung dalam kehidupan khalayak/masyarakat.
6.          Unik, manusia cenderung ingin tahu tentang segala hal yang unik, aneh dan lucu. Hal-hal yang belum pernah atau tak bias ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan menarik perhatian.
7.          Baru (Actual), suatu peristiwa yang baru terjadi akan memancing minat orang untuk mengetaui.
8.          Kontroversial, suatu peristiwa yang bersifat controversial akan menarik untuk diketahui karena mengandung kejanggalan.
9. Human Interest, derita cenderung dijahui manusia, dan derita sesame cenderung menarik minat untuk mengetahui. Karena manusia menyukai suguhan informasi yang mengesek sisi kemanusiaan.
10.        Ketegangan (Suspense), sesuatu yang membuat manusia ingin mengetahui apa yang terjadi cenderung menarik minat, karena orang ingin tahu akhir dari peristiwa.
Namun sering kali ditemui dalam beberapa media yang melaporkan peristiwa yang sama. Ini karena perbedaan sudut pandang (angel) yang diambil wartawan dalam menulis berita.
Unsur Berita
Diketahui bahwa berita merupakan hasil rekonstruksi dari fakta (peristiwa) oleh wartawan, maka doperlukan perangkat untuk merekonstruksi peristiwa tersebut. Berangkat dari pemikiran bahwa pada umumnya manusia membutuhkan jawaban atas rasa ingin tahunya dalam enam hal. Maka dari itu materi berita digali melalui enam pokok unsure tersebut; meliputi apa (what), siapa (who), dimana (where), kapan (when), mengapa (why), bagaimana (how). Kemudian dikenal sebagai 5W+1H.
Sifat Berita
1.    Mengarahkan (Directive), karena berita ini dapat mempengaruhi khalayak, baik disengaja atau tidak. Maka berita ini sifatnya mengarahkan
2.    Menbangkitkan Perasaan (effectife), melalui berita ini dapat membangkitkan perasaan public
3.    Memberi Informasi (Informatife), berita in harus memberi informasi tentang keadaan yang terjadi sehingga memberi gambaran jelas dan menjadi pengetahuan public.
4.   
Kaidah-kaidah Penulisan Berita
Dalam penulisan berita, dalam hal ini menkonstruk peristiwa (fakta) tidaklah semena-mena. Penulisan berita didasarkan pada kaidah-kaidah jurnalistik. Kaidah-kaidah tersebut biasa dikenal dengan konsep ABC (Accuracy, Balance, Clarity).
1.    Accuracy (akurasi)
Disebut sebagai pondasi segala macam penulisan bentuk jurnalistik. Apabila penulis ceroboh dalam hal ini, artinya sama dengan melakukan pembodohan dan membohongi khalayak pembaca. Untuk menjaga akurasi dalam penulisan berita, bila perlu perhatikan beberapa hal berikut:
1.    Dapatkan berita yang benar
2.    Lakukan re-cek terhadap data yang diperoleh
3.    Jangan mudah berspekulasi denga isu atau desas-desus
4.    Pastikan semua informasi dan data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kewenangan dan keabsahannya.
1.    Balance (Keseimbangan)
Ini juga menjadi kaidah dalam penulisan berita. Sering terjadi sebuah karya jurnalistik terkesan berat sebelah dengan menguntungkan satu pihak tertentu sekaligus merugikan pihak lain. Keseimbangan dimungkinkan dengan mengakomodir kedua golongan (misalnya dalam penulisan berita tentang konflik). Hal demikian dalam jurnalistik disebut dengan “Both Side Covered”.
     2. Clarity (Kejelasan)
Factor kejelasan bisa diukur apakah khalayak mengerti isi dan maksud berita yang disampaikan, bukan jelas dalam konteks teknis, namun lebih condong pada factor topic, alur pemikiran, kejelasan kalimat, kemudian pemahaman bahasa dan pernyaratan penulisan lainnya.
Struktur/Susunan Penulisan Berita
Dalam berita terdapat struktur atau susunan berita juga memiliki bagian-bagian. Maka sebelum mengenal struktur penulisan berita terlebih dulu kita mengenal bagian-bagian berita. Dimana bagian-bagian tersebut dari Kepala Berita atau Judul (Head News). Topi Berita, menunjukan lokasi peristiwa dan identitas media (misalnya, Surabay SP) biasanya digunakan dalam penulisan Straight News, intro diletakkan setelah judul berfungsi sebagai penjelas judul dan gambaran umum isi berita. Tubuh berita (news body), bisa dikatakan sebagai isi berita.
Adapun strukrur penulisan berita sebagai berikut:
1.        Piramida Terbalik: artinya pokok atau inti berita diletakkan di awal-awal paragraph (1-2 paragraf) dan bukan berarti paragraph selanjtnya tidak penting. Cumin bukan merupakan inti berita. Biasanya ini digunakan dalam penulisan staright news.
2.        Balok tegak: artinya pokok atau inti berita tidak hanya diletakkan di awal paragraph. Terdapat di awal, tengah dan akhir paragraph. Biasanya ini digunakan dalam penulisan depth news (Indepth reporting ataupun investigasi reporting).
Metode Penggalian Data
Dalam membuat berita, data menempati posisi penting, karena melalui datalah peristiwa (fakta) dapat dilaporkan. Data merupakan “mind” (rekaman) dari suatu peristiwa. Dan penulis (jurnalis) menyajikan knstruksi dari peristiwa/fakta tersebut yang disusun dari berbagai data.  Ada beberapa cara untuk penggalian data tersebut. Pertama, melalui pengamatan langsung penulis (observasi) untuk mendapatkan data tentang kejadian. Kedua, melakukan wawancara terhadap seseorang yang terlibat langsung (sekunder) dalam suatu kejadian. Wawancara juga dimaksudklan untuk melakukan Cross Chek demi akurasi data yang diperoleh melalui pengamatan (observasi). Ketiga, selain dua perangkat tersebut data juga bisa diperoleh melalui data literary terhadap dokumen-dokumen dengan suatu fakta kejadian ataupun fenomena (jika dimungkinkan) data demikian dianggap penting.
Observasi
Ini dilakukan pada tahap awal pencarian data tentang sesuatu. Dalam pengamatan sangat mengandalkan kepekaan inderawi (lihat, dengar, cium, sentuh) dalam mengamati realitas. Namun dalam pengamatan tersebut seorang observator tidak boleh melakukan penilain terhadap realitas yang diamati.
Kegiatan observasi terkait dengan pekerjaan memahami realitas detail-detail kejadian yang berlangsung. Untuk itu diperlukan upaya memfokuskan pengamatan pada obyek-obyek yang tengah diamati.
Observasi memerlukan daya amatan yang kritis, luas. Namun tetap tajam dalam mempelajari rincian obyek yang ada dihadapannya. Untuk mendapatkan pengamatan yang obyektif  si pengamat harus bisa mengontrol emosional dan mampu menjaga jarak dengan segala rincian obyek yang diamati.
Dalam penggalian data melalui observasi ini sifatnya langsung dan orsinil. Langsung artinya dalam pengamatannya tidak berdasarkan teori, pikiran dan pendapat. Ia menemukan langsung apa yang hendak dicarinya. Orsinil artinya hasil amatannya merupakan hasil serapan indranya bukan yang dilaporkan orang lain. Dan untuk selanjutnya akan dibahas secara lengkap mengenai jenis pengamatan, mulai pengamatan I, II, III dan IV.
1.    Pengamatan I
Tahap ini merupakan langkap untuk memfokuskan kesadaran dan kepekaan penginderaan pada suatu obyek yang telah ditentukan agar mampu untuk mendeskripsikannya. Hal ini dimaksudkan untuk membedah kesadaran antara obyektifitas dan subjektifitas, antara fakta dan imajinasi sebagai bagian dari news. Dari sini diusahakan untuk mampu mendeskripsikan keberadaan benda mati ke dalam bentuk sebuah tulisan.
Maksimalisasi panca indera sangat ditonjolkan untuk memfokuskan kesadaran dan kepekaan penginderaan secara deskriptif. Dalam pendeskripsian  ini harus mengoptimalkan kemampuan indera dalam meggambarkan sebuah benda tanpa menyebutkan sifat objek. Sebab jika mengungkapkan sifat pada sebuah objek, maka deskripsi akan bersifat subjektif.
Karena itu diperlukan batasan antara objektifitas dan subjektifitas. Objektifitas dapat berpatokan pada: posisi letak, ukuran, warna, bahan, kedudukan, akurasi, identitas, dan non justification. Sedangkan subjektifitas dalam pendeskripsian dapat di lihat dari: keadaan, agak/ kemiripan, imajinasi pendapat pribadi, gaya bahasa banyak mengulas mengulas, mengungkapkan sifat, fungsi/ normative dan suasana.
Keduanya  dapat dijadikan pisau dalam menganalisa suatu objek. Selanjutnya dari hasil deskripsi, seorang yang membacanya dapat menyimpulkan sendiri berdasarkan data.
1.    Pengamatan II
Dalam tahap ini deskripsi objek lebih di tingkatkan lagi pada benda bergerak/ hidup. Dengan prinsip yang tidak jauh berbeda dengan pengamatan I. kemampuan indera lebih dipertajam untuk memperoleh deskripsi yang maksimal. Pembatasan wilayah objektifitas dan subjektifitas tetap ditekankan, namun disini lebih di kembangkan untuk penentuan fokus pengamatan pada objek.
Dengan demikian selanjutnya akan lebih mengarahkan deskripsi pada focus benda (supaya tidak meluas). Pengungkapan kondisi dan suasana lingkungan dapat dimasukkan dalam pengamatan ini yang berusaha untuk memberikan deskripsi secara utuh (holistic)
1.    Pengamatan III
tahap ini akan mengamati sebuah gambar atau foto dari sebuah peristiwa. Praktisnya adalah berusaha untuk membangun analisis dan deskripsi objektif dari sebuah gambar atau foto yang dianggap sebagai dunia nyata sekaligus pengamat diposisikan seolah-olah berada dalam keadaan tersebut.
Dalam penagmatan ini diupayakan untuk memfokuskan kesadaran dan kepekaan penginderaan pada peristiwa dunia dalam gambar tersebut. Aktualisasi analisis dapat dilakukan dengan mengajukan dan menuliskan pernyataan sebanyak-banyaknya tentang peristiwa yang diamati. Selanjutnya dapat diminta untuk mengajukan dan menuliskan kemungkinan jawaban atas setiap pertanyaannya.
Focus kesadaran penginderaan benar-benar harus dicurahkan untuk mendapatkan deskripsi yang detail dan akurat. Hasil pengamtan ini dapat dijadikan tolak ukur sehingga kekuatan dan kemampuan seseorang jurnalis dalam menganalisa memecahkan persoalan sekaligus kemudian menuangkannya dalan tulisan. Untuk mempertajam analisa dapat ditambah dengan perinsip 5 W + 1 H.
1.    Pengamatan IV
Pengamatan ini akan memfokuskan kesadaran dan kepekaan indera pada sebuah peristiwa nyata untuk kemudian dideskripsikan. Di sini para calon jurnalis dapat menggali data dengan alat bantu wawancara maupun cara lain yang berkaitan dengan perristiwa tersebut. Hanya saja titik tekan lebih pada proses pengamatan (indera). Yang kemudian prinsip 5 W + 1 H dalam tahap ini dapat di aplikasikan secara langsung dan menyeluruh.
Dalam tahap ini sebanarnya dinding pemisah antara subjektifitas dan objektifitas sangat tipis. Apa yang di anggap objektifitas oleh seseorang bisa dianggap subjektifitas oleh orang lain, begitu pula sebaliknya. Misalnya kita analogikan dengan sebuah pernyataan “agama itu baik bagi manusia” atau “agama itu tidak baik bagi manusia”. Sehingga kemungkinan orang akan mengatakan pernyataan pertama benar dan objektif dengan alasan misalnya banyak orang telah membuktikan kebaikan agama. Tetapi dengan alasan dan bukti berbeda, orang lain akan membenarkan pernyataan kedua.
Begitu pula dalam subuah peristiwa, bahwa objektifitas dan subjektifitas pendapat orang akan bersifat relative, tergantung pada siapa yang mengatakan dan dalam kondisi bagaimana. Subjektifitas akan dikatakan objektif apabila dikautkan dengan pendapat seseorang, dalam arti bukan pendapat penulis/ jurnalis.
Wawancara
Wawancara merupakan aktifitas yang dilakukan dalam jurnalistik untuk memperoleh data. Dalam menggali data tidak mungkin bag seorang jurnalis untuk menulis berita.
Hanya mengandalkan hasil observasi, tanpa melakukan wawancara. Karena dengan wawancara bisa memperoleh kelengkapan data tentang peristiwa atau fenomena. Juga dengan wawancara seorang jurnalis melakukan cross chek atau recheck dari data yang diperoleh sebelumnya demi akurasi data.
Perlu diperhatikan bahwa wawancara bukanlah proses Tanya jawab “saya bertanya-anda menjawab” wawancara lebih luas dari proses tanya jawab. Pewawancara dan yang diwawancarai berbagi pekerjaan “membagun ingatan” tujuan umumnya merekonstruksi kejadian yang entah baru terjadi atau lampau. Dalam aktifitas ini (wawancara) pewawancara dan yang diwawancarai akan membangun kembali ingatan-ingatan tersebut.
Tekhnik Wawancara
•    Menguasai permasalahan
Ini penting untuk menghindari Miss Understanding antara pewawancara dan yang diwawancarai.
•    Ajukan pertanyaan yang lebih spesifik
•    Pertanyaan yang lebih spesifik akan lenbih membantu dan mempermudah dalam mengarahkan topic pembicaraan
•    Jangan menggurui
•    Karena wawancara bukan proses tanya jawab, tetapi aktifitas membangun ingatan terhadap peristiwa yang baru terjadi atau telah lampau.
Study Literary
Suatu data tidak hanya di peroleh melalui pengamatan dan wawancara tetapi bisa juga memanfaatkan (melacak) data-data yang terdokumentasikan. Pencarian data-data yang terdokumentasikan juga sangat dipertimbangkan keabsahannya (valid) dan dapat dipertanggung jawabkan, misalnya Keppres, Tap MPR, Undang-undang. Tidak mungkin di dapatkan melalui didapatkan melalui pengamatan ataupun wawancara. Kebutuhan data yang seperti itulah sangat memungkinkan dan merupakan keharusan untuk pencarian data yang terdokumentasikan. Dan biasanya data-data yang seperti itu validitasnya dapat dipertanggungjawabkan.
Karena tingkat validitas data itu harus dipertanggungjawabkan maka dalam pencarian dan seseorang jurnalis harus hati-hati memanfaatkan dokomentasi yang sudah ada pemanfaatan data yang terdokumentasikan tidak terbatas pada Keppres, Tap MPR, Undang-undang, hasil dari penelitian, berita di media, arsip, buku, juga bisa dijadikan sebagai dokumen, tetapi juga harus mempertimbangkan validitas dari data-data tersebut.
Koran atau majalah
Koran atau majalah menyediakan informasi cukup memadai untuk kebutuhan riset dokumen. Informasi surat kabar cukup layak dijadikan sumber data otentik (terlepas bila mengandung kesalahan informasi), riset dokumen yang dilakukan mempelajari terhadap berbagai pemberitaan dari reportase yang obyektif, teks berita foto (caption), dan tulisan opini.
Teknik penelusuran data melalui Koran atau majalah ialah :
•    Melalui system kartu indeks perpustakaan
•    Melalui system kartu indeks yang diterbitkan oleh sindikasi
Buku
Pencarian data melalui buku terkait dengan kredibilitas penulisnya, penerbitnya, dan tahun-tahun revisi penerbitannya. Juga memeriksa keterangan data-data statistic yang dikutip, apakah dari abstraksi data yang terbaru buku layak dijadikan sumber data karena buku biasanya memuat bahasan-bahasan yang mendalam dan cakupan pemahaman yang luas.
•    Beberapa referensi buku yang bisa dimanfaatkan
•    Kamus, Ensiklopedia, Biografi, Tesis/disertasi, Jurnal dan Internet
BENTUK PENULISAN BERITA
STRAIGHT  NEWS
Straight news atau sering juga disebut berita langsung merupakan bentuk penulisan berita yang paling sederhana, hanya dengan menyajikan unsure 4W (what, who, when, where) maka tulisan tersebut bisa langsung menjadi berita. Namun bukan berarti straight news menafikan unsure why dan how. Karena itu bentuk penyajiannya pun juga diatur sedemikian rupa, sehingga khalayak pembaca bisa mengetahui pesan utama yang terkandung dalam berita itu tanpa perlu membaca seluruh isi berita. Pola penulisan straight news sering dipakai oleh media-media massa yang punya masa edar harian. Selanjutnya untuk media-media massa yang terbit berkala banyak memakai pola penulisan feature, depth news (indepht reporting maupun investigative reporting).
Permasalahnnya sekarang fakta yang bagaimana yang biasanya ditulis dengan bentuk straight news. Tidak semua fakta bisa ditulis dengan bentuk straight news. karena straight news sangat terikat dengan unsure kebaruan (aktualita). Maka suatu fakta itu dituls dengan bentuk straight news;
1.         informasi/berita tentang peristiwa dan buku fenomena ataupun kasus. Akhirnya kejadian yang hanya sekali itu saja terjadi. Bukan kejadian yang terjadi secara berlanjutan. Misalnya kecelakaan lalu lintas, kejahatan, pergantian pejabat, dsb.
2.         informasi atau berita itu penting untuk segera diketahui khalayak
3.         baru (actual)
DEPTH NEWS
tulisan ini lazim disebut “laporan mendalam, digunakan untuk menuliskan permasalahan (yang penting dan menarik) secara lebih lengkap, bersifat mendalam dan analitis, dimensinya lebih luas, yang di jadikan berita biasanya suatu kasus maupun fenomena. Laporan ini ditulis berdasarkan hasil liputan terencana, dan membutuhkan waktu panjang. Karena merupakan hasil liputan terencana, maka diperlukan persiapan yang matang, sehingga dalam penuilsan in-Depth reporting ini membutuhkan out line sebagai  kerangka acuan dalam penggalian data sampai analisa data.
Dalam Depth news materi penulisan berita penekanannya pada unsur How (bagaimana) dan why (mengapa). Mencari dan memaparkan jawaban How dan Way secara lebih rinci dan banyak dimensi
Karakteristik Depth News
1.    Srukturnya balok tegak
2.    Deskripsinya analitis, banyak mengungkapkan fakta-fakta penting dan pendukung untuk kejelasan berita
3.    lenggang cerita mengikat (berkesinambungan) antara paragraph sebelum dan sesudahnya
4.    Lebih mendalam dalam menguraikan fakta.
Pembuatan Perencanaa Liputan (Outline)
Karena pemberitaan dalam model depth news lebih menekankan pada unsure why dan how, maka dibutuhkan kedalaman dalam mengurai realitas. Supaya dalam penguraian realitas tidak terjadi pembiasan/pelebaran, dalam artian tetap focus dalam meguarai suatu realitas, maka amat dibutuhkan kerangka (Outline) sebagai acuan dalam mengurai realitas tersebut, mulai dari pengumpulan/pengalian data sampai penganalisaan data, sebelum dijadikan tulisan.
Adapun dalam pembuatan Outline, kita tidak kosong terhadap realitas (kasus atau fenomena) yang akan diurai. Penegtahuan awal tentang fenomena yang akan diurai akan sangat membantu dalam pembacaan fenomena tersebut. Karena tidak mungkin seluruh uraian fenomena yang disajikan dalam tulisan, maka dalam outlinnya  ditentukan sisi mana (angle) yang akan diurai dan disajikan secara mendalam.
Sedangkan enggle di maksudkan sebagai penentu batasan-batasan fenomena yang akan diurai sehingga dalam mengurai dan menganalisa sebuah fenomena tetap terfokus pada batasan yang telah di rencanakan dan tidak melebar kemana-mana yang hanya akan menjadikan pembiasan dalam penguraian dan penganalisaan.
Sebagai kerangka acuan dalam liputan mendalam Out Line juga memuat perencanaan (ketentuan) data-data yang akan diacri. Dan untuk data yang di rencanakan melalui wawancara, ditentukan pula poin-poin pertanyaan (drafting) secara garis besarnya.
FEATURES
Penulisan ini lazim di sebut berita kisah (narasi) atau cerita pendek non fiksi. Dikatakan non fiksi karena tetap berdasarkan pula fakta. Features juga sering disebut berita ringan (soft news) karena gaya penulisannya yang indah memikat, naratif, proasis, imajinatif dan bahasanya lugas.
Biasanya featuers ini mengggunakan suatu peristiwa (realitas social) yang biasanya tidak terlalu menjadi perhatian public dan isinya lebih menekankan pada sisi human interest (menarik minat dan perasaan khalayak pembaca) model features dalam penulisan berita tidak terikat aktualitas.
Namun dalam menulis features dibutuhkan kepekaan dan ketajaman menangkap fenomena dalam realitas social melalui pengamatan dan wawancara yang mendalam, serta riset dokumentasi yang cermat.
Ragam Features
1.    Historikal Features
Menceritakan kejadian-kejadian yang menonjol pada waktu yang telah lewat, tetapi mesih mempunyai nilai human interest.
1.    Profile Feature
Mengemukakan pengalaman pribadi seseorang atau kelompok. Khalayak pembaca bisa mengetahui sepak terjang tokoh tersebut, motivasinya, wawasannya, kerangka berfikirnya. Dan dikemas seolah-olah ‘kisah pengakuan diri’ dari orang yang bersangkutan.
2.    Adventures Features
Menyajikan kejadian unik dan menarik yang dialami seseorang atau kelompok dalam perjalanan kesuatu daerah tertentu, baik tentang alam maupun masyarakat.
3.    Trend features
Mengungkapkan kisah tentang kehidupan sekelompok anak manusia ataupun perubahan gaya hidupnya dalam proses transformasi social.
4.    Seasonal Features
Mengisahkan aspek baru dari suatu peristiwa teragenda, seperti saat lebaran, natal, peringatan hari lahir tokoh nasional dan sebagainya.
1.    How-to-do-it Feature
Mengungkapkan bagaimana suatu perbuatan atau kegiatan dilakukan, seperti tulisan tentang pemanfaatan daun sereh sebagai obat keluarga atau bagaimana cara menghapuskan virus computer.
7.  Explanatori/Backgrounder Feature
Mengisahkan suatu yang terjadi dibalik peristiwa atau penjelasan mengapa hal itu terjadi, misalkan tentang pemogokan buruh, mengapa pemogokan itu terjadi, sebab apa yang melatar belakangi pemogokan.
1.    Human Interest Feature
Menceritakan tentang kisah hidup anak manusia yang menyentuh perasaan, seperti seorang mahasiswa yang terus kuliah dengan mengandalkan hasil kerngatnya sendiri. Penulisan ini ditekankan pada tingkah laku hidupnya bukan personnya.
Karakteristik Features
1.    Teras Berita (Lead) bebas asal tetap menarik
2.    Strukturnya bebas tapi tetap ringkas dan terus menarik
3.    Bagian akhir tulisan dapat meningalkan pesan pada pembaca, artinya dapat membuat pembaca tersenyum, tertawa, berdecap, bagian akhir yang demikian disebut Punch.
4.    Lenggang cerita terkesan santai
5.    Deskripsi bervariasi, mengungkapkan detil-detil yang menyentuh atau yang membangkitkan emosi.
Pembuatan Opini, Tajuk Rencana (Editorial)
Artikel, Kolom (Essai) dan resensi
Pembuatan antara opini, tajuk rencana, artikel, kolom dan resensi mempunyai spesifikasi masing-masing yang sangat berbeda. Antara satu tema rubrik tajuk opini pasti akan berbeda dengan rubric opini, begitupun yang lainnya. Sehingga dibawah ini akan dipaparkan spesifikasi masing-masing.
a. Opini
Bila berita sebagai hasil konstuksi dari peristiwa (fakta) dan dituntut obyektif dalam penyajiannya, maka tidak demikian halnya dengan opini. Opini bukan merupakan konstruksi peristiwa, tetapi lebih pada penilaian terhadap peristiwa (fakta), jadi terdapat unsure-unsur subyektifitas penulis dalam penyajiannya. Penulisannya tidak berdasarkan pada 5W+IH sebagaimana berita.
Langkaha awal yang harus dilakukan sebelum mengumpulkan bahan dan menulis opini dalah menentukan tema (problem yang akan diurai). Tema merupakan bentangan benang-merah dalam benak penulis yang menggambarkan tujuan tulisan, merupakan gagasan pokok. Tanpa tema tulisan opini tidak akan utuh dan menentu arahnya. Ada beberapa bentuk penulisan opini dalam jurnalistik; artikel, kolom, esai, resensi. Beberapa bentuk tulisan tersebut lazimnya merupakan ruang bagi pembaca.
Selain bentuk-bentuk tersebut masih ada penilisan lain yang disebut opini. Namun, opini ini lebih merupakan pendapat media bersangkutan terhadap realitas yang berkembang. Salah satunya adalah editorial/tajuk yang merupakan penilaian atau analisa dari redaksi tentang situasi dan berbagai masalah. Juga ada pojok, ia merupakan tulisan tanpa sentilan, sindiran terhadap realitas yang ditulis dengan gaya satire, lucu, kocak. Dan karikatur juga merupakan penilaian redaksi terhadap realitas, ia tidak jauh beda dengan pojok, namun diungkapakn melalui gambar/kartun.
Syarat-syarat Opini
- Orsinil, Faktual, Aktual, Bersifat ilmiah, Sistematis, Mengandung gagasan atau ide, Menggunakan bahasa yang baik dan benar (Sesuai dengan kaidah bahasa, baik Indonesia ataupun serapan).
b. Tajuk Rencana (Editorial)
Suatu karya tulis yang merupakan pandangan redaksi terhadap suatu fakta/realitas, karena merupakan pandangan redaksi maka tajuk bersangkutan dengan penilaian redaksi. Tajuk rencana memuat fakta dan opini yang disusun secara ringkas dan logis.
Yang perlu diperhatikan dalam membuat tajuk
-          Judul yang sifatnya meghimbau pembaca
-          Kalimat untuk lead (paragraf awal) tidak terlalu panjang
Tajuk rencana yang baik mengandung keseimbangan antara hasil karya seorang ilmuan dan seorang seniman. Denga jiwa ilmuan, dimaksudkan dalam menentukan dan menganalisa problema bersifat logis, sangat mempertimbangakn temuan-temuan dalam mengurai problem. Dengan semangat seniman, dimaksudkan lebih pada penyajian hasil analisa dalam bentuk tulisan agar lebih enak dibaca.
c. Artikel
Merupakan karya jurnalisik yang mempunyai karya ilmiah. Ada juga yang mengatakan artikel merupakan karya ilmiah. Kenapa? Dalam artikel susunan penulisannya seperti halnya karya ilmiah: ada batasan-batasan permasalahannya yang diungkapkan untuk selanjutnya diurai dalam tulisan, juga dimungkinkan ada problem solfing. Bahasa yang digunakan adalah bahasa-bahasa ilmiah-baku, namun tidak kaku. Jadi dalam menulis artikel langkah utama adalah menentukan permasalahan yang akan diurai (tema). Mensistematiskan supaya lebih mudah untuk ditarik benang merah. Ini perlu diperhatikan dalam menulis artikel.
Tema dalam bahasan artikel bisa berupa apa saja, dari teknologi sampai politik, dari masalah yanglebih kecil sampai pada masalah yang paling besar.
d. Kolom / Essai
Sama halnya dengan artikel, menulis kolom diperlukan menentukan permasalahan yang akan diurai, juga sistematisasi permasalahan untuk ditarik benang merah. Ini dimaksudkan untuk menjadikan lebih terarah. Dalam penulisannya, kolom tidak ketat seperti artikel. Bahasa yang digunakan lebih lentur, mudah dipahami, terkesan santai dalam memaparkan idenya.
Dalam essai lebih longgar lagi dan tulisannya lebih pendek dari kolom. Biasanya karakter penulis tercerminkan dalam tulisan essai kekhasan personal lebih ditonjolkan. Sama halnya dengan kolom dalam memaparkan idenya terkesan santai, bahasanya lentur,alur bahasa lebih lugas. Juga seperti halnya dalam penulisan opini yang lain, ada permasalahan yang diuraikan.
e. Resensi
Resensi merupakan bentuk tulisan dalam hal pengambaran/analisa terhadap sebuah teks. Teks disini bisa berupa buku, film, teater, maupun lagu. Sebagian menyebut resensi sama halnya dengan synopsis, pengambaran secara global tentang teks. Tapi sebenarnya tidak sama, karena dalam resensi ada sedikit sentuhan analisa penulis dan seorang resensor harus berlaku subyektif mungkin dalam menggambarkan atau menganalisa teks.
PENULISAN BERITA
a.  Membuat Judul
Judul berita memang bukan merupakan hal yang urgen dalam penulisan berita. Tapi bisa menjadi hal yang vital. Sebelum membaca isi berita pembaca cenderung membaca judulnya lebih awal. Ketika judul tidak menarik, pembaca akan enggan untuk membaca isinya.
Maka usahakan dalam membuat judul mudah dimengerti dengan sekali baca, juga menarik, sehingga mendorong pembaca mengetahui lebih lanjut isi berita. Tapi judul yang menarik belum tentu benar dalam kaidah penulisan judul. Pada dasarnya judul seharusnya mencerminkan isi berita. Jadi disamping mencerminkan isi dan menarik. Judul perlu kejelasan asosiatif setiap unsure subjek, objek dan keterangan.
Selain itu dalam menuliskan judul juga bisa menggunakan kalimat langsung, artinya mengutip langsung ungkapan dari narasumber. Biasanya suatu pernyataan itu mengarah subjek yang melontarkan, untuk menjelaskan subjek (nama-nama narasumber atau sebuah kegiatan maka digunakan kickers (pra judul). Atau jika tidak menggunakan  kickers, penulisan judul dalam dua tanda petik.
b. Pembuatan Lead
lead merupakan paragraph awal dalam tulisan berita yang berfungsi sebagai kail sebelum masuk pada uraian dalam tulisan berita. Ada beberapa maca lead yang bisa digunakan dalam menulis berita:
1.    Lead ringkasan: Biasanya dipakai dalam penulisan “Berita keras”. Yang ditulis inti beritanya saja, sedangkan interesting reader diserahkan kepada pembaca, lead ini digunakan karena adanya persoalan yang kuat dan menarik.
2.    Lead  bercerita: Ini digemari oleh penulis cerita fiksi karena dapat mebarik dan membenamkan pembaca alur yang mengasikkan. Tekhniknya adalah membiarkan pembaca menjadi tokoh utama dalam cerita.
3.    Lead pertanyaan: Lead ini efektif apabila berhasil menantang pengetahuan pemabaca dalam mengenal permasalah yang diangkat.
4.    Lead menuding langsung: Biasanaya melibatkan langsung pembaca secara pribadi, rasa ingin tahu mereka sebagai manusia diusik oleh penudingan lead oleh penulis.
5.    Lead Penggoda: Mengelabui pembaca dengan acara bergurau. Tujuan utamanya menggaet perhatian pembaca dan menuntunnya supaya pembaca habis cerita yang ditawarkan.
6.    Lead Nyetuk: Lead yang menggunakan puisi, pantun, lagu atau yang lain. Tujuannya menarik pembaca agar menuntaskan cerita yang kita atawrkan. Gays lead ini sangat has dan ekstrim dalam bertingkah.
7.    Lead Deskriptif: Menciptakan gambaran dalam pikiran pembaca tentang seorang tokoh atau suatu kejadian, Lead ini banyak digemari wartawan ketka menulis feature profil pribadi.
8.    Lead Kutipan: Lead yang mengutip perkataan, statement, teori dari orang terkenal.
9.    Lead Gabungan: Lead yang menggabungkan dua atau lebih macam lead yang sudah ada. Semisal lead kutipan digabung dengan lead deskriptif.
c. Pembuatan Ending
Untuk menutup ending atau  ending story, ada beberapa jenis:
1.    Penyegar: penuto yang biasanya diahiri kata-kata yang mengagetkan pembaca dan seolah-olah terlonjak
2.    Klimaks: penutup ini ditemukan pada cerita yang ditulis secara kronologis.
3.    Tidak ada penyelesaian: penulis mengahiri cerita dengan memberikan sebuah pertanyaan pokok yang takterjawab. Jawaban diserahkan pada pembaca untuk membuat solusi atau  tanggapan tentang permasalahan yanga ada.

d. Alur Penulisan
Kita sering membaca sebuah tulisan, tapi setelah selesai kita tidak tahu apa yang dikatakan dan yang dimaksud oleh tulisan tersebut. Dalam kasus ini, sebagai penulis ia gagal msnyampaikan ide/pikiran pada pembaca. Ada dua kemungkinan kenapa pembaca tidak memahami tulisan tersebut. Pertama bahasa yang digunakan penulis. Kedua, alur tulisan yang tidak terarah. Jika yang terjadi adalah factor kedua maka penulis telah melakukan kesalahan yang sangat fatal.
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan acuan:
1.        Sebab- akibat
2.        Akibat- sebab
3.        Diskriptif-kronologis
Jurnalisme
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kewartawanan atau jurnalisme (berasal dari kata journal), artinya catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti suratkabar. Journal berasal dari istilah bahasa Latin diurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik.
Di Indonesia, istilah "jurnalistik" dulu dikenal dengan "publisistik". Dua istilah ini tadinya biasa dipertukarkan, hanya berbeda asalnya. Beberapa kampus di Indonesia sempat menggunakannya karena berkiblat kepada Eropa. Seiring waktu, istilah jurnalistik muncul dari Amerika Serikat dan menggantikan publisistik dengan jurnalistik. Publisistik juga digunakan untuk membahas Ilmu Komunikasi.
Aktivitas
Kewartawanan dapat dikatakan "coretan pertama dalam sejarah". Meskipun berita seringkali ditulis dalam batas waktu terakhir, tetapi biasanya disunting sebelum diterbitkan.
Para wartawan seringkali berinteraksi dengan sumber yang kadangkala melibatkan konfidensialitas. Banyak pemerintahan Barat menjamin kebebasan dalam pemberitaan (pers).
Aktivitas utama dalam kewartawanan adalah pelaporan kejadian dengan menyatakan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa dan bagaimana (dalam bahasa Inggris dikenal dengan 5W+1H) dan juga menjelaskan kepentingan dan akibat dari kejadian atau yang sedang hangat (trend). Kewartawanan meliputi beberapa media: koran, televisi, radio, majalah dan internet sebagai pendatang baru.
Sejarah
Pada awalnya, komunikasi antar manusia sangat bergantung pada komunikasi dari mulut ke mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media massa terpicu penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg.
Di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh Belanda. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan kewartawanan sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah Bintang Timoer, Bintang Barat, Java Bode, Medan Prijaji, dan Java Bode terbit.
Pada masa pendudukan Jepang mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang. Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: Asia Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar Matahari, dan Suara Asia.
Kemerdekaan Indonesia membawa berkah bagi kewartawanan. Pemerintah Indonesia menggunakan Radio Republik Indonesia sebagai media komunikasi. Menjelang penyelenggaraan Asian Games IV, pemerintah memasukkan proyek televisi. Sejak tahun 1962 inilah Televisi Republik Indonesia muncul dengan teknologi layar hitam putih.
Masa kekuasaan presiden Soeharto, banyak terjadi pembreidelan media massa. Kasus Harian Indonesia Raya dan Majalah Tempo merupakan dua contoh kentara dalam sensor kekuasaan ini. Kontrol ini dipegang melalui Departemen Penerangan dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Hal inilah yang kemudian memunculkan Aliansi Jurnalis Independen yang mendeklarasikan diri di Wisma Tempo Sirna Galih, Jawa Barat. Beberapa aktivisnya dimasukkan ke penjara.
Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat BJ Habibie menggantikan Soeharto. Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya organisasi profesi.
Kegiatan kewartawanan diatur dengan Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 yang dikeluarkan Dewan Pers dan Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia atau KPI